Virtually Deserted ~pengakuan dosa
Sebuah teori umum berlaku “Kalau di sebuah kelas ada dua atau tiga murid yang tidak naik kelas pasti ada yang salah dengan murid yang tidak naik itu. Tapi Kalau di sebuah kelas muridnya tidak naik kelas semua pasti salah gurunya”. Mungkin inilah yang dirasakan situs forum elektro Undip sekarang. Dulu sewaktu pertama kali dibuka forum ini menunjukkan tanda tanda balita yang sehat. Beratnya naik secara bertahap. anggotanya terus bertahap 5 orang.. 10 orang.. 20 orang.. sampai 30 orang lebih. Sedang masa lucu-lucunya ini situs.
Tapi don’t ge me wrong ya di sini nggak ada guru dan murid, yang ada hanya sesama teman..eh sambil nulis mikir aku. “teman” Tunggu dulu, kalau misalkan yang membangun situs adalah otoritas yang berkuasa apakah situs ini lebih di-respect? Nggak juga kan ya, kalau situs resmi malah nanti banyak segudang aturan dan norma yang harus ditaati. Lupakan.
Dua bulan berlalu dan balita kita ini semakin kekurangan gizi dan menunjukkan gejala busung lapar. Pertambahan beratnya tidak sejalan lagi dengan pertambahan umurnya. Apa yang Salah? Dulu aku sering “menyalahkan” teman-teman yang belum bergabung. “Ayo dong gabung, mau maju gak sih?” Hehehe.. tunggu dulu mas! Not that simple.
Sebenarnya pembangunan situs ini juga merupakan penebusan dosaku sih. Sekitar dua tahun yang lalu pihak jurusan memintaku untuk membuat situs jurusan Elektro Undip, hal ini setelah terprovokasi oleh situs Himpunan Mahasiswa Elekro Undip yang kubuat. Pak Djadi dulu memintaku untuk memasukkan berbagai fitur layaknya sebuah situs lengkap sebagaimana mestinya, dilengkapi dengan online library, front-end database semua thesis dan tugas akhir serta integrasi dengan Sistem Informasi Akademis dan server mail yang dikelola oleh mas Tunggul 99. Padahal situs HME yang kubuat dulu itu murni HTML, dibuat dengan tangan (baca : manual). Ya, aku menuliskan setiap tag dan kontentnya sendiri. Merasa belum cukup ilmu, aku minta bantuan temanku Dani untuk membuatkan berbagai script lain yang dibutuhkan. Tapi tetap saja bagiku ada batas yang belum terlihat saat itu.
Waktu berlalu berbagai kesibukan kampus menerpa. Jadi koordinator sekaligus asisten praktikum untuk adik-adik angkatan 2003, bekerja part-time di Posix, plus tugas-tugas kuliah yang menggila. Dulu jamannya mata kuliah Kriptografi, Multimedia, Pemrograman Jaringan, dll. (jangan berharap tugas bisa selesai kalo nggak nginep di lab!). Setelah itu pun bukannya selesai mandat mulia itu malah semakin terabaikan. Menyusul berbagai kegiatan yang membuatku semakin away dari tugas itu. Mulai dari pelaksanaan KKL, dibuang di desa (KKN) dan merantau ke ibukota (Kerja Praktek di Jakarta), plus ikut ngerjain proyek-proyek dari Pak Kodrat yang kondisinya relatif lebih basah hehehe.. Wah wah tak terasa pengerjaan situs itu sudah dalam hitungan tahun. Aku jadi tak punya keberanian dan jadi sungkan kembali untuk menghadap, dulu cuma sempat koordinasi sekali lagi dengan Pak Djadi. So I’ll say this loud and clear : “Pak Djadi, Dani dan semua warga elektro.. pliz maafkan dosaku ini ya. (serius nih).
Nggak ada gunanya meyesali, nggak ada gunanya menyeret-nyeret kembali ekor waktu yang telah meninggalkan kita. Beberapa waktu kemudian, setelah keadaan mendukung (aku punya koneksi internet full time di kantor) aku membuat situs elektro-kita. Hal ini membuat perasaanku sedikit lebih enakan. Paling tidak dengan cara yang sedikit berbeda, tugas yang dulu itu bisa aku sentuh barang sedikit saja. Dengan harapan nanti kelak apabila sudah besar situs ini, somehow bisa banyak berguna dan di notice sama jurusan. Namun teryata ini juga tak semudah yang aku kira. Kukira dengan hanya menyediakan apa yang dibutuhkan semuanya akan berjalan dengan natural menuju kondisi yang diharapkan. Dulu aku pernah baca kalau membuat situs komunitas itu seperti bermain akuarium, kita tidak cukup menyediakan akuarium saja, tapi juga harus memikirkan bagaimana cara memasukkan ikanya, menjaga agar ikan-ikan tetap sehat dll. Benar. Ini tak semudah yang dibayangkan. Mungkin rasa ini mirip seperti yang dialami olah banyak perusahaan dotcom yang rame-rame mati diawal millenium ini dulu ya.
But anyway quitting is also not an answer. Kita harus mencoba terus. Pathetic? Ah biar saja. Ganbatte..!!! Recent effort : aku mendapat file csv daftar alamat email kakak-kakak alumni. Kemarin aku mengirimkan ratusan undangan email untuk bergabung pada kakak-kakak alumni, dan sudah mendapat 2-3 respon. Lumayan. So untuk mengakhiri tulisan ini, teman-teman yang kebetulan membaca, toloong dukungannya ya. Thanks a bunch!
Well, memang kayaknya kita seneng euforia, dulu aku juga sangat senang euforia, terutama dengan syntax dan kemampuannya yg heibat, tapi sayang nggak open source.
Barang baru memang bikin penasaran. Biarpun gak ada koneksi full time, kita selalu sempatkan mengunjungi teman-teman. Namun setelah berjalan beberapa lama, interest kita gak ada yg nanggepin, atau gak ada kabar baru, gak ada perubahan, dll. ya udah, kayaknya sudah hafal semua isinya, hingga berkunjung pun menjadi beban berat.
Aku kira masalahnya bukan pada kemalasan, tapi sebagian besar dari kita mengutamakan efisiensi, apalagi kalo online dari warnet. Pasti, semua kita merasa senang jika forum kita rame, dan sebagian besar dari kita pun cukup senang jadi penonton, dan pendengar. Masalahnya memang pada koneksi. Sekarang, dari segitu banyak anak elektro, siapa yg ikut milis dan bikin blog, dan dari semua yg ikut, berapa yang tiap hari ngupdate blognya? Ibaratnya kayak kita berangkat kuliah/ngantor, jika cukup waktu, pasti kita bisa mampir sebentar, klo keburu, ya jangan tolah-toleh, ntar celaka lagi, kayak ninno tuh…
Nah, pertaanyaannya: begitu sempitkah waktu ngenet kita, sehingga untuk meinggalkan sepatah-dua kata tidak bisa? Nggak terasa, aku pun kena…
Tapi kan sekarang di kampus dah ada internet Sol, gratis (bayarnya kan persemester) dan cepet lagi. Mungkin bener ketersediaan koneksi memang salah satu alasan (kalau memang mau cari alasan) tapi aku rasa selain itu juga karena hal ini belum membudaya di kita. Iri juga aku kalo lihat web-web anak kuliahan di kota-kota besar (jakarta misalnya), rame, forum juga penuh. Banyak sekali hal positif yang bisa bermula dari situ sebenarnya…
hmm, bener sih, di kampus ada, tapi dg begitu maka yg harus rajin ngisi forum adalah angkatan 2000 udah jarang (gak pernah :) ke kampus kan.