27 Mar

Tomiko’s First Album, Farewell

Ok, Do As Infinity memang sudah cukup lama bubar yaitu 29 September 2005 yang lalu. Namun hal ini bukan berarti kita tidak bisa mendengar suara Van Tomiko lagi, karena Ban-chan sekarang bersolo karier dan album perdananya yang bertajuk “Farewell” baru saja keluar (eh sebenarnya baru akan keluar 29 maret nanti) tapi tahulah bagaimana perputaran musik di internet itu seperti apa.

Tadi pagi nengok Jpopmusic Forum, eh ternyata albumnya Tomiko sudah bisa di download. Dan ternyata tidak mengecewakan sama sekali. Walaupun cirinya sekarang lebih agak lembut namun tetap saja mengingatkanku pada Do As Infinity. Lagu favoritku di album itu adalah Morning Glory, Farewell, Holy Planet, Complacence, Before Sunset, serta A Dream Is a Wish Your Heart Makes (yang merupakan OST film jadul Disney tahun 1950, Cinderella). Tapi bukan berarti track yang lain nggak patut didengarkan lho! Total ada 10 track + 1 Track bonus pada album ini. Mudah-mudahan album ini bisa dirilis resmi di Indonesia, biar makin tenteram mendengarkannya hehehe..

Oh iya, Minggu lalu akhirnya aku bisa nonton konser DAI terakhir yang diadakan tanggal 25 November 2005 yang lalu. Hehe telat banget yah? Thanks to Amos yang sudah mau mendownloadkan (huh, andai aku bisa download torrent, dasar proxy sux!). I owe you one, Mos! Dan sebagaimana konser perpisahan pasti banyak tangisnya. apalagi pada saat lagu Field of Dream mengalun… Ban-chan is crying! Nggak kuat ngeliatnya! I wil die for you Ban-chan!!! Eh tapi nggak melulu konsernya sedih ding, pada saat lagu Honjitsu wa Seiten Nari (It’s a fine day) suasananya ceria sekali, bahkan terkesan konsernya jadi berantakan. hahaha.. it’s definitely my favourite part!

Nih, link kalau ada yang mau download juga:
Tomiko Van – Farewell (via Megaupload)
Tomiko Van – Farewell (via Rapidshare)
Dos As Infinity Final : 25 11 2005 (via Torrent)

Cover Album
Farewell album cover art

21 Mar

I Wanna Rewrite!

I always thought that posting a song lyric or copy-paste some wisdom words onto blog is too melancholic, lame, and should be done only by ABG (no offense here :-P). But I just can’t help it right now. So here’s a translation of “Rewriteâ€? by Asian Kung-Fu Generation :

Rewrite

Wanting to spit out the jarred thoughts is
Because there’s no other proof of my existence
My future that I should’ve grabbed hold is
Conflicting between “dignity” and “freedom”
Wanting to erase the distorted afterimage is
Because I’ll see my limit over there
In the window of the excessively self-conscious me
There are no dates in last year’s calendar

Erase and rewrite
The pointless ultra-fantasy
Revive
The unforgettable sense of being
Rewrite
The meaningless imagination
The driving force that creates you
Give it your whole body and soul

After cutting my feelings that grew, I regret
After realizing that after all, I’m just a mediocrity, I cry
A depressed heart
A dirty lie

Erase and rewrite
The pointless ultra-fantasy
Revive
The unforgettable sense of being
Rewrite
The meaningless imagination
The driving force that creates you
Give it your whole body and soul

Really, what I wanna do right now is go to Nobita’s house, jump into his time machine drawer, go to exactly two years ago, and punch the-two-years-ago-myself right in the face, so he didn’t do that stupid-pathetic thing.

And if time is a book, I wanna turn its page back into two years ago, and rewrite some mistake, but wishing to turning back time in term of fixing our own mistake is just so stupid and childish. All we can do is look at ourselves very closely and stare at the distant future with smile, as we gently step towards it. Ja, Ganbate na!

The lyric was brutally copy-pasted from Anime Lyrics

Rewrite

16 Mar

Gmailku

Sejak tadi pagi akun email sekunderku di kuppoo tidak dapat digunakan untuk berkirim mail lagi. Tiap kali akan mengrim pesan, selalu dihadang oleh sebuah messege box yang mengatakan bahwa quota emailku sudah tercapai. Yah, terpaksa bersih-bersih deh.

Akun yang satu ini memang tidak aku gunakan untuk pesan-pesan pribadi, lebih banyak untuk mengikuti milis dan sebagai alamat email seadanya untuk keperluan bermacam registrasi online. Walaupun cukup banyak milis yang aku ikuti, aku yakin 68% (Hi Roy™) bahwa milis keparat inilah penyebab utama penuhnya mailboxku. Dasar gajah-gajah gila!

Simpan semuanya.
Tersedia lebih dari 2704.467031 megabyte kapasitas penyimpanan yang diberikan dengan cuma-cuma (dan masih terus bertambah), agar Anda tak perlu menghapus email manapun.

Hahaha, that is load of B.S, Google, kita semua tahu bahwa dalam hidup ini ada 4 hal di mana orang tidak akan pernah merasa cukup : Youth, Love, Wealth and.. Disk space!

Penuh juga

13 Mar

Njrit, Aku Lengah!

Weekend, biasa aku ke Gramedia jalan Pandanaran. Kebanyakan baca-baca saja, majalah atau manga. Kadang-kadang kalau memang bagus, beli juga sih. Semalam setelah mendapat majalah Anime Insider Indonesia yang aku cari, biasa aku lalu baca-baca manga sambil menunggu lagu perpisahan mengalun pertanda tokonya mau tutup.

Hari itu ternyata manga Gunslinger Girl (ガンスリンガー・ガール) volume 3 sudah terbit. Aku cari-cari yang sudah terbuka segelnya kok nggak ada. Ini cuma berarti satu hal, akulah orang yang harus menumpahkan “the first blood“, ya, aku harus jadi orang pertama yang membuka segelnya. Bukan hanya demi aku, tapi juga demi penggemar yang lain, for freedom! for justice! (~halah!). Dulu aku sempat bercerita kalau aku sudah terbiasa dengan perbuatan ini. Pokoknya beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuka segel buku secara diam-diam adalah: 1.Cari tempat yang sepi tapi tidak terlalu sepi, yang penting nggak ada pegawai toko di situ. 2.Pasang mimik muka tak berdosa 3.Lakukan sambil berjalan dan melihat-lihat buku lain, ini perlu latihan memang. 4.Hati-hati terhadap kaca, reflection can be deadly! 5.Buka segel plastik dengan cepat mulai dari sisi samping buku 6.Sembunyikan barang bukti atau segera tinggalkan daerah TKP. 7.Jangan membaca buku tsb di daerah buku yang tersegel semua, it’s ok kok baca novel di daerah komik, gak ada yang perhatiin.

Tapi ternyata malam itu aku sedang apes, udah siap-siap baca manga Gunslinger Girl eh.. tahu tahu dari belakang disapa satpam. Njrit, aku lengah! “Ini plastiknya tadi yang buka siapa mas?”, Petugas itu mengajukan pertanyaan dodol. “Ya jelas aku!” masa nenekku yang sedang di Pekalongan? Kayaknya itu memang petugas yang bertugas khusus mengawasi standing reader seperti aku deh, soalnya pakaiannya lain dari satpam yang biasanya dan kerjaannya mondar-mandir saja di dalam toko sambil berhandy-talkie. Yah, setelah chit-chat sebentar aku bersedia deh beli manga itu. But it;s not bad at all, lagian Gunslinger Girl memang bagus kok.

Iya iya, aku tahu kok dia cuma petugas yang mencari nafkah dan melaksanakan tugasnya dengan baik. Tapi hal itu tidak membuatnya terbebas dari status “musuh” para standing reader kan? hehehe… Ayo para standing reader Semarang, jangan kalah sama petugas dodol itu. Minggu depan harus lebih hati-hati lagi! For justice, for freedom!

standing reader (kosakata ngawur) : maksudnya pecinta buku dengan dana tidak tak terbatas, jadi sering baca sambil berdiri di toko buku, membaca secara keseluruhan, bukan hanya preview saja :-)

Gramedia Sux

07 Mar

Densha Otoko to Dare mo Shiranai

Weekend Kemarin aku habiskan dengan malas-malas saja (memang sih biasanya juga sama). Efek capek dari jalan ke kantor sebelumnya juga belum habis. Dua film ini aku dapat beberapa hari sebelumnya dari Syukri eh.. adiknya Syukri ding, baru hari minggu kemarin sempet nonton. Konon dua film ini berdasar pada kisah nyata.

Densha Otoko (電車男)
densha otoko

Densha Otoko (Train Man) adalah film romantis keluaran tahun 2005. Film ini disutradarai oleh Masanori Murakami dan mengambil ide cerita dari serangkaian thread pada Japanese BBS2 channel yang terkenal, semacam messege board online gitu lah. Densha Otoko adalah nickname sang tokoh utama di board tersebut. Selain dibuat menjadi film layar lebar, cerita tentang Densha Otoko ini juga disadur menjadi novel, manga, serial TV dan juga anime.

Film ini bercerita tentang seorang otaku freak yang jatuh cinta pada seorang office lady yang ia selamatkan dari gangguan orang mabuk di kereta. Si Densha Otoko (semua tokoh di film ini tidak disebutkan namanya) ini berusia 22 tahun dan benar benar menyedihkan kalo soal wanita, cenderung introvert dan kemampuan sosialnya rendah. Dengan bantuan teman-teman maya-nya yang terus mendukungnya lewat messege board online, si Densha Otoko bertekad mendapatkan cinta sang office lady. Walaupun ceritanya standar, tapi film ini unik juga, penuh dengan adegan-adegan simbolik seperti layaknya film psikologis saja. Adegan klimaksnya juga unik sekali, si Densha Otoko dengan memakai kaos Gundam akhirnya mengatakan “ai shiteru” ke si office lady di tengah jalan akihabara, disertai dengan kambang api ASCII yang indah dilangitnya. review yang cukup lengkap ada di sini.

Nonton film ini agak malu juga ke diri sendiri, sedikit banyak di mirip aku (uhuk-uhuk!, sambil nglirik model Gundam Zazabi yang bertengger di CPU-ku saat ini), eh tapi dia much better ding, lha wong mendapatkan cinta-nya di usia 22… wahahaha!

Dare mo Shiranai (誰も知らã?ªã?„)
dare mo shiranai

Dare mo Shiranai (Nobody Knows) merupakan film keluaran tahun 2003 yang disutradari oleh Kore-eda Hirokazu. Film ini terinspirasi oleh kisah nyata yang dikenal sebagai “Affair of the Four Abandoned Children of Nishi-Sugamo“. Film ini menceritakan tentang 4 orang kakak beradik yang hidup bersama ibunya, secara tidak biasa. Walaupun hidup rukun bersama, mereka mempunyai ayah yang berbeda-beda. Mereka tidak pernah pergi ke sekolah dan tidak pernah ada secara legal. Keluarga itu hidup berpindah pindah. Kepada pemilik apartemen Kyoko (sang Ibu) hanya mengaku punya satu anak, yaitu Akira (anak tertua yang berusia 12 tahun) dan suaminya ada di luar negeri. Sedangkan anaknya yang lain diselundupkan ke apartemen secara diam-diam, dua diantaranya biasa disembunyikan dalam kopor baju.

Meskipun demikian, mereka hidup saling tolong menolong secara rahasia di apartemen tersebut, setia menunggu kepulangan ibunya. Keadaan mulai genting ketika Ibu mereka tidak pulang lagi, tanpa alasan yang jelas, mungkin sedikit yang tersirat adalah kata-kata sang ibu sebelum pergi “Aku juga berhak untuk bahagia kan?”. Sejak saat itu, dimulailah perjuangan mereka untuk bertahan hidup, pada awalnya mereka masih bisa menjalaninya dengan baik, berhemat dan meminta uang dari ayah-ayah mereka. Bahkan Akira sempat menjalin persahabatan dengan anak-anak di lingkungan sekitar, termasuk Saki, murid SMP kesepian yang sangat care terhadap mereka. Waktu terus berjalan tanpa ada kabar dari Ibunya lama kelamaan keadaan makin memburuk, tidak ada lagi uang atau makanan yang tersisa, aliran alir dan listrikpun diputus, mereka hidup mengandalkan keran air di taman dan makanan pemberian pegawai supermarket yang kasihan terhadap mereka. Keadaan terus bertambah buruk hingga akhirnya sang adik terkecil tak mampu lagi bertahan… Review yang cukup lengkap ada di sini.

Film sepanjang 141 menit ini menceritakan kondisi mereka dari dalam, dengan demikian indah, peristiwa-peristiwa renik yang mereka alami, dan bagaimana mereka menghadapinya. Btw, Pemeran Akira, Yuuya Yagira (14 tahun) terpilih sebagai aktor terbaik dalam Festival Cannes 2004 lewat perannya yang memukau di film ini. Sedikit tips, sebaiknya siapkan suplai tisu yang banyak sebelum menonton film ini!

05 Mar

Steps to Remember

Ini bukan sekuelnya film A Walk to Remember, tapi ini cerita basbangku hari jumat yang lalu:
Hari ini aku berangat ke kantor dari rumah jam 5 pagi, 3 jam lebih awal dari jadwal masuk. Kenapa? Karena hari ini aku memutuskan untuk berjalan kaki ke kantor. Jaraknya sih lumayan, dari rumahku di daerah Lebdosari Kalibanteng Kulon (Semarang Barat) sampai ke kantorku di Jalan Pahlawan daerah Simpang Lima (Semarang Tengah, kalau gak salah). Tidak ada alasan khusus sih, tapi beberapa teman mendesak bertanya “kenapa sih?” Aku tidak bisa menjawabnya, karena aku memang tidak punya alasan yang pasti. Karena ingin aku lakukan ya aku lakukan, sesederhana itu.

Tepat pukul 5.08 aku mulai berangkat, pakai celana pendek dan sendal gunung. Tas selempang yang biasa aku pakai aku ganti dengan backpack yang biasa aku (dulu) pakai untuk kuliah, sepatu, pakaian kerja dan alat mandi aku bawa di sana. Tak lupa juga pedometer -alat penghitung langkah- yang aku beli beberapa hari yang lalu juga aku cantelkan (cantelkan bhs indonesianya apa sih?) di pinggang. Btw, mungkin ini bisa dijadikan alasan : “Aku ingin mengetahui dengan pasti berapa jarak antara lebdosari dengan Simpang Lima dalam satuan langkah!” ~halah!

Karang Ayu     Banjir Kanal

Sekitar pukul 5.45 aku sudah sampai di pasar karangayu, sekitar 1/3 perjalanan. Walaupun kondisi sampai saat ini masih seger-seger saja, aku tetap berhenti untuk istirahat dan minum. Kata nenekku, orang yang rajin bangun pagi akan selalu mendapatkan rejeki, ternyata petuah itu tidak salah juga. Aku menemukan uang 50 rupiah di jalan, lumayan buat beli permen… eh permen sekarang seratusan yah? sigh… Pagi itu pasar masih sangat ramai, berjalan melewatinya pun ternyata merupakan perjuangan. Oh iya, aku baru tahu lho di jalan Jend Sudirman sebelum pasar Karang Ayu itu kalau pagi buta banyak orang yang poop di gorong-gorongnya. Ya ampun.. padahal di daerah situ kan termasuk mewah, pusatnya showroom mobil di semarang gitu lho. =P

Sampai di daerah Sungai Banjir Kanal, pinggangku mulai capek, waduh, belum juga setengah perjalanan. Aku menegok LCD pedometer untuk mengetahui sudah berapa sih langkah yang aku tempuh. EH ternyata pedometernya rusak, digitnya nggak mau gerak lagi. Damn, dasar made in china keparat! Sampai di daerah Tugu Muda depan pasar Bulu aku istirahat lagi dan ada pemandangan aneh yang terjadi. Sebuah mobil sedan yang lumayan mewah berhenti sepuluhan meter di depanku (gak tahu model persisnya mungkin Vios atau Altis, pokoknya bagus) kemudian dari dalamnya turunlah seorang mbak penjual gorengan lengkap dengan wadah plastik berisi gorengan yang siap untuk dia jual di pasar Bulu. Ampun deh, berapa sih penghasilan tukang gorengan saat ini? Mungkin aku harus mempertimbangkannya sebagai salah satu profesi yang menjanjikan! hehehe…

Tugu Muda     Simpang Lima

Pukul 6.40 aku sudah sampai di daerah Simpang Lima. Baju sudah basah kena keringat, telapak kaki dan pinggang sakit, lutut pegel banget, rambut acak-acakan dan ingus sudah mulai keluar. Tapi itu semua seakan sirna ketika gedung kantorku sudah mulai tampak di kejauhan. Hahaha.. I’ve made it. Pukul 6.55 aku sampai di kantor. Pak satpam dan tukang parkir yang biasa bersapa denganku, hari itu melihatku ngantor dengan kondisi yang berantakan, tak pelak lagi bertanya “Kenapa?”. Karena bingung menjelaskan aku hanya jawab dengan haha-hehe saja. Segera aku menyelinap ke kamar mandi untuk mandi dan ganti baju. Capek banget hari itu, untung gak banyak kerjaan. Sorenya aku pulang naik angkot dan melihat-lihat kembali jalan yang aku lewati tadi pagi dan bertanya-tanya, kok bisa-bisanya sih aku? Ah sudahlah :-) Yang menyenangkan sekarang kalau aku lewat jalan itu, aku bisa dengan bangga berkata pada jalan itu dalam hati… “I’ve beat you!“. It’s a personal achievement and it’s definitely priceless! Pretty strange ha?

03 Mar

Again, YahooMail vs Gmail

Gmail vs Yahoo Mail

Quote berikut ini dikopi-paste dengan semena-mena dari milis angkatan kuliah saya. Berikut adalah sebuah respon dari teman setelah saya “mempromosikan” salah satu layanan Google terbaru, Google Pages (pages.google[dot]com) :

alasan gw tetep pake yahoo :

  1. situs pertama yang gw tau (loyal ni)
  2. ga repot
  3. awam dan gampang banget
  4. ga da yang add gw di gmail (baru 2 minggu lalu)
  5. ga pernah trouble (yang gw tau)
  6. kapasitas cukup buat aku (ga penting giga yang penting mega, eh amien rais)
  7. males pindah
  8. google namanya pake nama (hiks..aku gatau pake nick gimana) –>maksudnya apa sih?
  9. aku ga mudeng google (males belajar + gada yang ngajarin)
  10. yahoo namanya lebih keren dari pada google (sapatau arti google?)

    Dan aku dengan semangatnya juga menimpali :

    1. Yahoo bannernya segede gambreng! dan aku bukan juragan benwit.
    2. Yahoo iklannya pating tlecek! dan aku bukan objek yang bisa seenak udelnya dijadikan sasaran marketing ngawur!
    3. Yahoo iklannya membabi buta! dan aku bukan orang yang tertarik pada hal2 dibawah ini :
      Christian relationship – Internet relationship – Relationship psychic – Relationship dating
    4. Yahoo mengirim spam secara reguler! YahooJob kek, YahooTelek kek! padahal ngakunya have the best spam proctection arround.. bulsit!
    5. Yahoo menambah footer pada email seenak udele dewe!
    6. Yahoo halaman loginnya bloated! dan aku bukan juragan benwit (lagi)
    7. Yahoo gak bisa chat!
    8. Yahoo gak ngasih web space 100MB tanpa iklan!
    9. Yahoo gak bisa mengelompokkan mail!
    10. Yahoo gak bisa search mail!
    11. Yahoo gak punya label dan filtet
    12. Yahoo cuma dipakai sama tante-tante dan ABG norak.

    Tertarik dengan “perang kecil” itu, saya jadi ingin menulis pendapat berikut. Perang antara dua penyedia layanan webmail ini memang masih saja hangat, termasuk diantara para penggemarnya. Tidak henti-hentinya kedua belah pihak mempromosikan layanannya. Tapi ada dua pendekatan yang berbeda yang dipakai oleh YahooMail (Yahoo!) dan Gmail (Google), yang menjadikan keduanya mengapa begitu berbeda.

    Yahoo merupakan raksasa tua yang sudah eksis dan besar sejak sebelum masa keemasan dotcom akhir abad yang lalu, pendekatan yang digunakan lebih banyak ke sisi humanis, bagaimana orang bisa berhubungan dengan orang lain dan bagaimana Yahoo melihat banyak celah diantara hubungan tersebut untuk kemudian diisi dengan layanan mereka. Hal ini tampak sekali dalam model desain model promosi mereka. Hal ini sebenarnya bagus, Yahoo menjadi punya ciri khusus dan dekat dengan para penggunanya. Akan tetapi, rupanya kedekatan ini mulai dimanfaatkan dengan semena-mena oleh Yahoo, banyak layanan dan iklan yang tiap detiknya disodor-sodorkan kepada kita. Yahoo ingin memimpin tren, tapi sayangnya tidak semua orang suka dipimpin dan banyak yang sudah mulai muak dengan hal ini. Pengguna Yahoo setia masih menganggap bahwa sepeti inilah seharusnya sebuah webmail, seperti yang ada di Yahoo, bahkan tidak terbatas pada email saja, mereka beranggapan bahwa web adalah seperti Yahoo. Mindset dan model yang sudah dengan sangat hebat ditanamkan oleh Yahoo, dan mereka berhasil!

    Google di lain sisi memang tidak muda lagi untuk kategori sebuah perusahaan Internet, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa diantara perusahaan dotcom global yang lain, Google dikenal sebagai anak muda, penuh tantangan dan melakukan pekerjaannya dengan baik tanpa banyak cingcong. Lain Yahoo lain juga Google. Pada para penggunanya, Google seakan membebaskan penggunanya, Google hanya memberikan apa yang dia punyai dengan sebaik-baiknya. Sebuah perbandingan mencolok, lihat saja halaman utama google (halaman search engine, yang menjadi awal bisnisnya), bersih, rapi, tak ada yang tak perlu, Google hanya menyodorkan apa yang dipunyai dan dikuasainya dengan baik, coba bandingkan dengan halaman utama Yahoo, jauh! Konsep ini sepertinya juga diterapkan Google pada layanan emailnya. Bersih, rapi dan get the job done! Seakan-akan Google ini yang bekerja untuk pengguna, seakan Google adalah bawahan kita.

    Sekilas model seperti Google ini begitu membebaskan pengguna, tapi sebenarnya malah tingkat ketergantungan pengguna terhadap Google semakin tinggi. Manusia online mana sih yang saat ini tidak bersentuhan dengan Google? Mau mencari kontent? Ke Google Search saja. Mau mengirim email? ke Gmail saja. Mau lihat berita? Ke Google News saja. Mau mencari buku? ke Google Book Search saja. Mau mencari gambar? ke Google Images saja. Mau cari video? ke Google Video saja. Apa sih yang nggak ke Google? Bahkan proyek yang sedang berjalan malah bikin banyak pihak lebih deg-degan lagi, seperti web based OS dan web-based Office Aplication Suit. Lama-lama dunia ini dikuasai Google, lama-lama kita menyembah Google. Dan pemikiran paranoid terhadap Google seperti ini sudah banyak juga, coba deh googling (ehmm.. tuhkan), dengan keyword seperti “fear google“.

    Tulisan ini memang sepenuhnya subjektif ke saya, dan mungkin berat ke Google, tapi paling tidak itulah salah satu pendapat pengguna yang sudah menikmati model layanan baik dari Yahoo maupun Google, dan sepengetahuan saya belum ada tuh pengguna Google (pengguna aktif, bukan yang cuma punya account-nya saja) yang mau kembali berpaling ke Yahoo. Oh well :-)

    gmail vs yahoomail

    01 Mar

    Fight!

    Sejak dulu entah kenapa banyak teman bilang kalo aku agak ehmm gimana ya? Kasar? suka vandalism? Emang sih mereka bilang begitu bukan tanpa alasan, tidak terhitung lagi barang-barang yang sudah aku hancurkan baik tidak sengaja maupun sengaja. hahaha… Beberapa yang masuk hall of fame-ku antara lain tembok plafon depan kelas 3 IPA 4 waktu SMA dulu (yang habis itu sempat diinterogasi sama wali kelasku Ibu Nunung, halo Bu, maaf yah!) dan juga sejumlah meja kursi di ruangan HME yang dengan sukses aku ubah paksa jadi kayu bakar. hahaha! Tapi biar begitu, ketahuilah teman-teman deep down here lies the gentliest heart you’ve never seen before… huek cuih!

    Sekarang sedikit banyak “semangat berlebih” itu dapat tersalurkan. Dengan sandsack pinjeman dari Dendi (dengan batas waktu pinjam yang belum ditentukan) dan sarung tangan yang aku beli di johar, jadilah beberapa hari sekali, sepulang penat bekerja aku bakbuk-bakbuk dulu menghajar sandsack. Dan ternyata asyik sekali! hahaha! Rasanya semua jurus Tekken mau aku praktekkan! Sekarang lagi nyari ebook boxing for dummies, ehm ada nggak yah?

    tatakai!