14 Jan

An Incredible and Touching Luv Luv Story : feat. Buddha & Mimi lan Mintuna

mimi and mintuna

» » PROLOG :

Bulan ramadhan kemarin, sejalan dengan misi untuk menjadi lebih arif dan bijaksana, aku baca dan mengkhatamkan 8 volume manga Buddha, karya pak dewa manga Osamu Tezuka.

“E tunggu dulu, Buddha? manga Buddha? bukannya kamu terlihat ikut2an shalat Ied di mushalla kemarin?”

Eeeeh, ya gpp, menurut buku ajaran Zen yang aku baca.. pikiran manusia adalah ibaratnya cangkir teh, apabila hanya dituangi sekali dan didiamkan, maka ia tak akan bisa dituangi kembali, yang maksudnya adalah bahwa…

“E tungu dulu, tadi Buddha, sekarang Zen ??”


ah sudahlah.

Jadi ceritanya pada sebuah cerita, ada seorang raja yang menantang Buddha, dihadapan murid2nya, untuk memadamkan nyala api yang berkobar kobar. Maka dihadapan api besar itu Budha pun bersemedi (ya persis seperti Ikkyu-san, cuma tanpa efek suara tuk tuk tuk tuk). Setelah selesai, Budha membuka mata dan menginstruksikan cara memadamkan api itu. “Murid-murid ku semua, pejamkanlah mata kalian, dan api besar itu padam bukan?”

EBUUSEETTTT.. TERNYATA GITU DOWANG WANG WANG WANG??
mungkin terdengar ngawur atau mungkin seperti solusi mudah bagi seorang luser, tapi benar kan, asalkan kita memajamkan mata, nyala api yang sebesar apapun tak akan terlihat lagi.

Saling kait dan setara, semua kehidupan itu menderita. Tak peduli siapapun, di manapun dan kapanpun. Mungkin di gen manusia, di untaian DNA atau RNA-nya ada kesepian yang sudah secara default dimasukkan oleh Sang Pencipta. Maka semua yang manusia lakukan, hanya untuk melupakan sejenak apa yang dirindukanya. Dan seringkali, apa yang dirindukannya pun tak jelas lagi. Semuanya terlihat kok, ditempat ibadah, di mall-mall yang ramai, di jalan jalan yang padat, di bioskop yang penuh dengan pasangan, di kantor kantor tempat orang mencari nafkah, di tempat hiburan dan maksiyat, di dalam tulisan blog, di dalam status YM. semuanya…. Apakah salah? tentu tidak. Karena memang hanya itu yang bisa dilakukan… Shouga nai wa.. memangnya kita ini apa sih dalam kehidupan ini? Ah jadi inget Haruhi..

“E tadi Buddha, terus Zen, lah sekarang penganut Haruhism ??”

mwahahahahaha… :))

» » CERITANYA :
Jadi beberapa waktu yang lalu, selokan air depan rumahku kedatangan dua makhluk itu (fotonya yang diatas itu). Seperti ikan Pari, cuma bercangkang. Setelah melalui penyelidikan ternyata diketahui bahwa makhluk itu bernama Mimi dan Mintuna. Mimi itu yang kecil (cowo). Mintuna itu yang besar (cewe). Namun nara sumber penyedlidikan (ibu saya) tidak bisa menjelaskan secara sayentifik apa itu Mimi dan Mintuna, jangankan nama latinnya, nama umumnya dalam bahasa indonesia saja tidak tahu.

Namun namun nama Mimi dan Mintuna ini sudah sangat familiar, bahkan aku inget salah satu lagu jawa tentang dua hewan ini. tapi walaupun cuma 4 kata.
“bla bla bla…..kaya Mimi lan Mintuna…” (seperti Mimi dan Mintuna).
Dan seingatku itu lagu romantis! Jadi bisa disimpulkan bahwa Mimi dan Mintuna ini romantis! Dan ternyata memang benar, menurut nara sumber, mereka ini hewan pantai sejenis ketam berekor, yang walau berlainan jenis namun setia sampai mati. Dan kurang bukti apalagi? Mereka nyasar sampai mati ke tempatku. Waktu dipungut, aku tak tahu apa mereka sudah mati atau belum, cuma kumasukkan dalam aquarium (bekas rumahnya kura kura jepang milik adikku dulu) dan kuberi makan kol (ga tau ini termasuk menu mereka atau nggak).

Padahal mereka hewan loh! Bagi hewan, sebagaimana aturan dalam pemangsaan, harusnya lebih megikuti prinsip prinsip piramida makanan (atau dalam hal ini piramida kecakepan), daripada cinta seperti itu.

ketam chart

Yosh, dear Mimi dan Mintuna, untuk menghargai cinta suci kalian, kubaringkan jasad kalian berdua dibawah pohon jambu air depan rumah. Namun bukan tempat sembarangan lho, tempat itu penuh dengan mawar tanah, yang tiap jam 4 sore selalu bermekaran dengan indahnya. Persis seperti kalian, indah, namun sederhana, hanya tertangkap oleh mata yang merasakannya, bukan hanya mata yang sekedar melihatnya.

Eh tapi ya maaf, untuk mengantisipasi bau, kalian aku tutupi dengan papan ya. kekekeke.
Yak, selamat jalan mimi dan mintuna! sampai bertemu di alam sana, nanti ajari aku juga…

22 thoughts on “An Incredible and Touching Luv Luv Story : feat. Buddha & Mimi lan Mintuna

  1. Oalah..emang gede tho? tak pikir kompiku jek ngelag po pie..
    btw, sedang beromantis2 ya Pak Budi..lha kui segala macem mawar tanah dibawa2..kekekeke

  2. Jadi begini …. sumpah ini ident untuk ngasih komen ngaco banget *apa karena dibuka dari opera?*

    Well, may their soul rest on the bloom of those roses.. *ngaco*

  3. Waaa….
    diriku pernah baca tentang mahluk ini diensiklopedia
    [tepatnya ensiklopedia dari disney,, dan itu juga wakti kls 2 SD]

    he he ^-^

    Btw,, sebagai pembaca setia [dan sebagai fans ayanami] diriku mengatakan dari lubuk hati yang paling dalam,, rasa2nya theme yang ini kurang nyaman buat dilihat deh….

    emang nyeni sihh,,, tapi tetep kurang nyaman klo buat baca2….

  4. Saya bukan seniman, jadi saya ga tau apa itu indahnya cinta mini dan mintuna. Klo yg saya tangkap sih walaupun mereka berbeda jenis mereka saling setia. Setia dalam hal apa?? Parasitisme?? Atau mutualisme?? Emang mereka bisa kawin gitu?
    Dan untuk theme, saya maklum, secara budi itu gelindingable….

  5. ketam kok dimasukin ke air
    ya mati lha, besok2 kl nemu ketam lg minta pasir pantai ke rumahku aja. he he hehe (ketoke malh mending numpak motor ning maroon ngeduk pasir yo mas?)

  6. waduh pembuat cerita ini saya salutin deh, inspiratif atau membuat saya berpikir mengalir. tadinya saya kenal cerita ini cuma dibawakannya menarik dan BAGUS.
    EXCELLENT
    saya akan sering-sering buka blog ini, mulai hari ini he he he . bole ya ^-^

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *