19 Aug

Merdeka Merah Putih

Sang Saka Dwiwarna Merah Putih

Merdeka!!! Wah sudah tanggal 19 ya, telat juga nih ngeblog soal 17 belasan. Sudah 60 tahun Indonesia merdeka. Ternyata kalau aku pikir 60 tahun itu singkat juga ya. Kalau sekilas diomongkan, sepertinya 60 tahun adalah waktu zaman dahulu kala sekali, padahal 60 tahun itu bukan apa-apa sungguh!

Aku masih ingat betul 17 agustus 10 tahun yang lalu. Waktu itu tahun emas kemerdekaan. 50 tahun indonesia merdeka. Aku masih kelas dua SMP. Wah jadi ingat Novi Kusumaningrum, Halo Nov, di mana kamu sekarang? Novi ini dulu temen sebangku-ku (paling nggak kalo ada walikelas yang memeriksa, kalau bukan walikelas, kita kadang-kadang duduknya ngumpul sesuai “komunitasnya” masing-masing. :-). Kebetulan kita berdua juga peringkat ranking 1 di kelas (sombong mode=on). Dia ranking 1.1 kalau akau ranking 1.2 Huh, kenapa aku yang kedua ya? toh jumlah nilainya sama (egois mode=on). Hobi kita juga sama waktu itu, menggambar. Kalau sedang ada pelajaran yang boring, kita pasti menggambar. Typical-nya sih aku menggambar Dragon Ball, dan dia menggambar Sailormoon! Nah ceritanya pas 17 agustusan itu ada tugas melukis tentang tahun emas kemerdekaan. Dan aku berusaha sebaik mungkin. Aku curahkan semua kemampuan dan hasrat menggambarku waktu itu, rasanya puas sekali. Waktu itu aku melukis perahu layar indonesia (dulu perlambangan tahun emas indonesia adalah perahu layar) pokoknya megah deh. Novi menggambar tentang pembangunan, ada berbagai macam objek di lukisannya, dan objek utamanya adalah seorang penari Bali. Indah sekali. Sangat bagus dan berirama. Kita saling mengapresiasi dan memuji, dan lebih mengenal masing-masing bukan lewat banyaknya kata yang terucap, namun lewat sapuan kuas… Senang sekali punya teman yang punya banyak persamaan. Nah itulah kenanganku tentang Indonesia emas. Hehehe gak ada hubungannya ya :)

Kalau 17-an tahun lalu, aku merasakan-nya di Jakarta, Dulu dalam rangka kerja praktek selama sebulan. Wah kalo ini jadi inget mbak Wisnu, mbak Lucky, Mas Amin dan kawan-kawan nih dari PT Prentis. Bagaimana kabarnya semua? Semoga sudah ada perdamaian diantara kalian semua, jadi nggak saling mengusili terus.. :) Weits, sudah setahun ternyata ya. Ampun, perasaan baru kemarin sore deh pulangnya…

Semarang rame juga tahun ini, seperti biasa da pawai kendaraan hias besar-besaran lagi. Di kesempatan seperti ini, kembali lagi terbesit rasa bangga yang tak terkira sebagai bangsa indonesia. Melihat persatuan. Mulai dari militer, murid-murid sekolah, industri rakyat, genk motor gede Harley, warga WNI keturunan sampai mas-mas tukang becak yang ikut menyumbang atraksi becak-nya. Semuanya satu kesatuan yang indah.

Di kantor-ku sendiri tak kalah meriah, lomba-lomba masih saja berlangsung sambil aku nulis blog ini. Mulai dari berbagai macam olahraga, sampai yang bertolak belakang (ada lomba Adzan kemudian lomba main gaplek!). Yang paling seru tadi lomba panjat pinang, atau lomba panjat bambu tepatnya. Ada dua buah bambu setinggi lebih dari sembilan meter di halaman kantorku. Kok ya bisa ada yang berhasil, berulang kali aku melihatnya tampaknya benar-benar mustahil dipanjat pohon itu, apalagi pelicin yang dipakai banyak sekali. Ah, semuanya bergembira lupakanlah sejenak beban hidup. Hari ini adalah harinya rakyat!

Ngomong-ngomong soal peringatan kemerdekaan, sekarang kok banyak banget ya yang merasa kita ini belum merdeka, kita ini masih terbelenggu, kita ini masih ini masih itu dan lain-lain. Malah menggelar demo segala menebar suasana duka. Wah jujur aja ya aku nggak setuju, kalian merusak kegembiraan rakyat! Bener juga sih, kita masih jauh dari bentuk negara yang “settled”. Kita masih morat marit, perlu banyak belajar. Dan seperti juga anak kecil belajarnya juga kadang-kadang disertai jatuh. Malah jatuhnya berdarah-darah. Tapi ayolah… sekarang kita tidak lagi harus berlindung kalau-kalau ada serangan udara. Kita tidak perlu lagi untuk berlindung kalau-kalau tiba-tiba perang meletus. Kita tidak perlu menunduk-nunduk untuk lewat di depan bule-bule di tanah kita sendiri. Kita tidak perlu lagi merelakan anggota keluarga untuk pergi (yang belum tentu bisa kembali). Makanya kalo ada yang bilang kita ini belum merdeka ini dan itu, cobalah lihat negeri-negeri lain yang masih berperang.. dan bersyukurlah! Aplagi kita mendapat hadiah ulang tahun yang manis, perdamaian di tanah Aceh.

Orang tua mungkin lebih bisa menghargai kemerdekaan ini. Mereka yang dulu harus makan daun krokot (tahu nggak daun ini?). Mereka yang harus makan bonggol pohon pisang dan menganggap gaplek adalah makanan mewah tentu akan lebih bisa menghargai kemerdekaan. Mereka yang merasakan penjajahanlah yang paling bisa menghargai kemerdekaan. Sampai sekarang aku masih saja terharu apabila nenek-ku bercerita tentang pertempuran di Kali Sepait di Pekalongan ~tanah asalku. Dimana laki-laki terbaik di semua desa dikumpulkan untuk berperang, -sekali lagi berperang- membunuh atau dibunuh. Dimana banyak pohon kelapa yang ditebang untuk menghalang-halangi tank-tank milik Belanda, namun tak berguna… Di mana tiap malam hari semua keluarga berdoa agar tidak ada berita dari Kali Sepait untuk “mengirimkan orang tambahan”. Dimana sekarang kadang masih bisa dijumpai tulang belualang manusia walau 60 tahun telah berlalu dan daerah itu kini menjadi ladang pertanian. Tentu mereka lebih mengerti…
Sekarang kita malah lebih banyak berisik, kita belum merdeka, kita terjajah dan bla bla bla… Kalau kau sekarang lagi enak-enak duduk santai sambil ngenet dan bilang kita belum merdeka.. wah tega nian kau! Coba kau cuma berpakaian karung goni, makan daun krokot sambil dihujani peluru! Terus bilang kalau kita belum merdeka, baru aku setuju.

Kenapa kita tidak melaksanakan peran kita saja masing-masing dengan sebaik-baiknya, dengan idealisme yang sama dengan saat kita berdemo? Kalau semua seperti itu, satu dekade kedepan pasti Indonesia sudah lebih baik. Misalkan saat ini para koruptor busuk itu rata-rata berumur 40 tahun, well nantinya mereka akan mati juga kan? Bebaslah Indonesia dari koruptor! Memang sih mereka meninggalkan jejak. Tapi siapa yang ditinggali jejak mereka itu? Kita juga kan? Kita seringkali menyalahkan para pejabat.. tapi coba tengok diri kita, apa yang sudah kita perbuat. Bedanya maling dengan “orang baik” yang tamak adalah antara yang mendapatkan kesempatan untuk berbuat dan yang tidak. Kita sudah dihadiahi negeri ini dari pendahulu kita, oleh korban darah dan air mata (wuih.. ini puitis memang, tapi serius). Mau diapakan negeri ini juga terserah kita (kita di sini maksudnya bangsa Indonesia), mari kita bangun sebaik-baiknya.

Wah-wah nggak ada ujung-nya memang kalo ngomongin tentang negara. Yang jelas kita merdeka, tapi 60 tahun itu masih anak-anak, perjalan masih jauh dan panjang. Tetap berjuang.
MERDEKA !!!

3 thoughts on “Merdeka Merah Putih

  1. Lanjutan dari pesan gw nih, sori salah posting hehehe:

    intinya Indonesia baru bener2 Merdeka kalo udah merdeka lahir batin, dah gitu aja. Tapi gw juga gak setuju sih sama demo2 pas 17-an kemaren apalagi yg pake bakar2an. Merusak kekhidmatan!

  2. Yup, setuju. Tapi perlu diingat juga merdeka bukan berarti juga mengerjakan apa-apa sendiri. Kita kan hidup ditengah dunia, kita gak bisa hidup seperti Tarzan, pastilah memberi dan menerima…

  3. Pingback: :: M.E.R.D.E.K.A ::

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *