14 May

One hell of a week

Dear Blog, Banyak sekali hal yang aku lakukan minggu ini, mungkin minggu ini termasuk salah satu minggu yang paling sibuk dalam hidupku, dan inilah kenapa:

PASSPORT
Proses membuat passport ini memang sudah aku mulai dua minggu yang lalu dan akhirnya minggu ini selesai juga. Dan dengan bangga aku umumkan wahai kepada bangsa Indonesia, aku membuatnya secara jujur, tanpa ketebelece dan tanpa calo. Ternyata tidak begitu sulit kok, dan total biaya yang aku keluarkan sekitar 270 ribu. Aku memang dibantu calo, tapi tak ada uang yang terlibat, pertama dia menawakan “jasa pengurusannya”, yang aku tolak dengan sopan, tapi akhirnya aku banyak sekali bertanya padanya tentang berbagai prosedur. Hehehe.. thanks ya Mas Xxx!
Tapi pengalaman di kantor imigrasi ini jauh dari menyenangkan, mungkin sama dengan di badan pemerintahan yang lain. Para petugas yang harusnya jadi pelayan masyarakat menempatkan dirinya jauh diatas itu. Sementara di depan banyak masyarakat yang menanti pelayanan, di halaman belakang beberapa petugas malah duduk-duduk sambil merokok. Soal percaloan, bahkan aku lihat sendiri seorang petugas yang “menguruskan” pembuatan passport seseorang. Tak kalah menggelikan adalah ketika aku lihat seorang wanita satu ruangan denganku di ruang wawancara, menyerahkan rokok pada petugas tapi ditolak… bukan karena tak mau, tapi petugas tersebut hanya mau merk tertentu dan minta tukar (Gubrak!!)

TOEFL
Salah satu hal yang menggembirakan minggu ini, bahasa inggris-ku teryata masih lumayan! Terakhir aku mengambil test TOEFL adalah ketika hari-hari awal aku kuliah dulu sebagai wakil dari kampus, bersama Encup, Kuncoro dan Nino. Score-ku waktu itu 563, lumayan lah. Dan setelah sekitar 4 tahun, aku cukup kuatir akan turun (maklum, banyak kontaminan yang masuk) dan perlu mengulang beberapa kali sebelum mencapai target (550). Senin lalu aku kembali menjalani test TOEFL di tempat yang sama di SEU (Service English Unit) UNDIP bersama Mas Adi dan tak dinyana sama sekali, salah seoarang dosenku (Pak Syakur) juga ikut hari itu. Eh, hasil test-ku ternyata naik jadi 583! Hehehe.. not bad, mungkin karena banyak baca manga scanlation dan nonton anime fansub. Hehehe…

General Check-up
Minggu ini aku juga menjalani general checkup di salah satu Laboratorium kesehatan yang aku pikir paling bagus (tapi nanti aku pikir lagi). Lagi-lagi aku dikecewakan dengan pelayanan. Ini hanya perasaanku saja atau memang banyak orang bodoh yang mempunyai jabatan penting? (bahasaku kasar ya? tapi biar!) Aku membawa form kesehatan sendiri untuk mereka isi dan berkali-kali aku harus mengingatkan mereka apa yang harus dilakukan kemudian.

“Mas langsung saja naik bertemu dokternya”
–tapi pemeriksaan ESGnya belum mbak..
“Oh iya itu dulu, silahkan antri.. nanti saya panggilkan orangnya

“Nah, setelah ini silahkan foto sinar X di ruang…”
–tapi itu sudah mbak.
“Ooh”

Tapi itu belum seberapa sampai aku ketemu dengan dokternya, form yang aku bawa memang bilingual jepang dan Inggris, tapi ayolah, masak sesulit itu? Bahasa Inggris seharusnya bukan masalah bagi siapa saja yang bergelar dokter di muka bumi ini. Dokter gitu loh! Pada akhirnya dia bertanya apakah aku punya “backup” untuk form itu, karena yang dia isi saat ini sudah terlalu banyak coretannya akibat dia terus salah mengisi… (Gabruk!!) Njrit, aku harus pulang dulu untuk ngeprint form lagi! Total 3 hari aku bolak-balik ke lab itu.

Monbukagakusho
Membuat passport, mengambil TOEFL dan check up kesehatan memang ada alasannya, dan itu adalah beasiswa Monbukagakusho ke Jepang. Aku mencoba untuk ikut mengajukan lamaran. Bayangkan pergi kuliah S2, semua biaya ditanggung, dan yang terutama : JEPANG. Hampir-hampir seperti sebuah mimpi. Dan untukku saat ini memang masih berupa mimpi. Mengikuti proses seleksi ini saja boleh dibilang adalah misi bunuh diri. Banyak syarat-syarat yang aku belum punya. Pertama, tentu saja yang paling dasar : ilmuku masih cekak. Kedua, aku belum lulus (jadi tak ada transkrip resmi yang aku lampirkan). Ketiga, aku tak punya rekomendasi dari manapun. Keempat, aku belum punya referensi universitas atau profesor yang akan aku ikuti. Kelima.. keenam.. ah..pokoknya nekat aja.
Hal ini memang seperti mimpi yang jauh di atas langit sana, tapi aku akan malu pada diriku sendiri untuk membiarkannya cuma sekedar lewat didepan hidungku begitu saja. Awalnya aku ingin mengurungkan niatku sambil berusaha menyenangkan diri sendiri dengan kata-kata seperti “gak papa kamu memang belum bisa”, “gak papa toh saingannya pasti nggilani”, gak papa toh tahun depan masih bisa”. Ah, tapi kok rasanya ada yang mengganjal gitu. Jadilah aku kumpulkan segenap yang aku punya dan melompat kecil mencoba meraih langit. Lega sekali rasanya ketika lamaran sudah aku kirimkan kamis lalu, sehari sebelum deadline. Bisa dipastikan akan gagal memang, tapi paling tidak yah.. ehm.. menyenangkan?

AIESEC Traineeship Program
Aku sudah mengenal AIESEC dari dulu, bahkan ikut sebuah seminarnya dulu di hotel Horizon. Tapi baru beberapa bulan yang lalu Mas Adi menceritakan tentang program traineeshipnya. Dan kedengarannya sangat menyenangkan! Intinya kita magang kerja di luar negeri. Di program ini memang kita tidak bisa memilih dengan pasti negara mana yang hendak kita tuju.. tapi mudah-mudahan kalau berhasil, semoga di Jepang! hehehe.. biarpun begitu negara lainpun juga pasti asyik! Singapore? (Halo Tis!) Menambah pengalaman dan memperluas pola pandang… yah seperti tujuan yang aku cantumkan di tiap signature emailku : “To see with eyes unclouded by hatred, to feel with heart unfaded by fear…” rasanya takkan bisa tercapai kalo kita nggak kemana-mana, phisically and mentally. hehehehe omongan berat nih :-) Berkas-berkas sudah aku kumpulkan jumat kemarin dan proses selanjutnya akan berlangsung tanggal 28 nanti.. mudah-mudahan lancar.

Tugas Akhir
Inilah tugas yang harusnya aku fokuskan.. eh malah kayaknya aku abaikan. Berkali-kali aku tinggalkan masalah TA untuk mengurus pendaftaran program AIESEC ataupun Monbukagakusho. Capek banget, bahkan aku cuma tidur sejam kamis kemarin. Setelah mendapat kepastian susunan dewan penguji hari selasa kemarin, esoknya aku langsung mengeplot jadwal dosen dan ditentukan bahwa ujianku adalah rabu depan (17 mei 06, jam 13.00). Pengujiku adalah Pak Agung BP, Pak Aghus Sofwan dan Bu Ajub. Esoknya lagi aku ingin membereskan administrasi dan menyerahkan materi ujian pada dosen penguji, sayang gak sempet. pertama, malamnya printerku masuk angin lagi dan yang kedua begitu printerku sembuh setelah aku bawa tempat service, eh listrik mati. Aw..crap! Sore aku baru bisa ke kampus tak berhasil menemui dosen satupun. Untungnya setelah esoknya aku tekepon satu persatu, aku bisa cukup menitipkannya di loker masing-masing.. agak kurang sreg sih tanpa bicara langsung, tapi mo gimana lagi.

What Friends are For
Pagi buta sabtu ini, sekitar hampir jam 4 pagi, seorang teman menelpon dan akhirnya datang ke rumahku. Bercerita banyak tentang masalahnya. Entah apa yang membuatnya datang padaku tapi aku senang merasa dipercaya. Sebenarnya kalo soal memberikan nasihat, aku bukan orang yang tepat, apalagi untuk hal-hal seperti masalahnya, tentang pacar. Jangan-jangan bukannya membantu malah memberi nasihat yang ngawur dan menyesatkan. Tapi paling tidak aku masih bisa mendengarkan. Menurut para ABG kan curhat itu turut meringankan beban. Yeah, whateverlah! Tapi syukurlah keesokannya malamnya (sebelum aku menulis entry ini) dia datang untuk menginap dan sepertinya masalahnya sudah membaik.

Hari ini aku habiskan untuk membenahi beberapa glitch pada Tugas Akhirku dengan bantuan Dani (thanks a lot Dan!). Akhirnya aku bisa menutup minggu ini dengan entry tulisan blog ini sambil menghembus nafas sangat panjang. Nah, Sekarang waktunya mempersiapkan diri untuk D-Day rabu tanggal 17 nanti. Ready or not, here I come!!!

9 thoughts on “One hell of a week

  1. Wakakak!!! Dibunuh bokap gw???
    Kalo pas kuliah, gw ga macem2 lah…
    Orang lulus aja belum, kok mau neko-neko.

    Btw Budi, loe udah lulus belom yak?? Ato baru mo ujian?? Apa??? baru kelar ujian??? Yang jelas belom wisuda kan??? Belom boleh lah kau macem2..

    *kaboooorrrr*

  2. HAAAAAAAAAA MURAH BANGET PASPORnya!!! Gak terimaaa! Aku tahun lalu bikin 500ribu lebih di Semarang! Hiksss….
    Tapi 2 hari jadi sih…

Leave a Reply to achmadi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *