18 Jun

Entrepeneur Virus

Mimpi yang standar
Hari rabu kemarin aku mengikuti sebuah seminar yang merupakan bagian dari serangkaian acara tentang pengembangan karir. Sebenarnya aku sudah tahu akan berjalan ke arah mana pembicaraan itu, dengan sebuah kata kunci saja : entrepeneur. Dan benar saja, bergulirlah bermacam kata dan jargon yang rasanya sudah ribuan kali aku dengar. “Leave your comfort zone, uanglah yang bekerja untuk kita, employee dan bussiness owner dan seterusnya. Salah satu pembicaranya di hari kedua seminar itu bahkan menyatakan gelarnya sebagai penyebar virus entrepeneur! Hahaha.. way to go dude! (sayang aku malas ikut dihari kedua). Entrepeneur virus, sebuah virus yang membuyarkan beragam mimpi indah beragam warna menjadi satu saja, yaitu mimpi untuk kaya. Pfff…

Tentu saja ya, sebelum bicara banyak, aku tegaskan dulu kalau entrepeneur itu bagus, apalagi untuk kondisi Indonesia seperti ini, menciptakan lapangan kerja, mengurangi ketergantungan pada luar negeri, dan sebagainya. Yang aku tidak suka tentang entrepeneur adalah hype negatif yang terjadi di masyarakat saat ini. Ketika dihadapkan dengan kata entrepeneur, yang terbayang oleh mereka adalah hasil akhirnya, kaya, aman dan tanpa harus bekerja. Mata rantai lain untuk menuju itu, rasanya hilang entah kemana di tengah beragam janji dan kisah-kisah indah.

Wajar memang, bila banyak hal tentang entrepeneur yang disinggung, karena seminar itu bersinggungan dengan masalah karir. Tapi yang membuatku kesal (ya, kesal!) adalah para pengikut acara itu. Acara ini bukanlah yang pertama kali aku ikuti, dan rasanya setiap kali hadirinnya selalu mempunyai mindset yang sama. Ingin punya bisnis property, ingin punya kerajaan bisnis, ingin pensiun dini, ingin ini dan itu, pokoknya ingin kaya dan hidup enak. Tak ada yang salah di situ, hanya saja yang membuatku kesal (dan menjurus muak) kok tidak ada yang ingin meraih mimpinya? Kecuali kalau mimpi mereka memang sesederhana itu.. uang! *sigh, patetik!* Apa mungkin kondisi Indonesia yang seperti ini membuat orang tak punya mimpi lagi? Tak punya cita-cita lain lagi selain menjadi kaya? Entah ya.

Eh btw, akrab dengan kata-kata yang aku sebutkan di atas? Ya, Robert T. Kiyosaki rupanya memang penulis yang hebat, kata-katanya mampu menginspirasi banyak orang untuk mengikuti jalan pikirnya. Jangan salah ya, aku sama sekali nggak benci Pak Robert ini kok, aku bahkan membaca dan punya 3 bukunya. Kenapa cuma 3 saja sementara seri lainnya terus terbit? Karena menurutku untuk buku non-fiksi, masterpiece adalah untuk buku tanpa sekuel, buku dengan satu sekuel adalah bestseller, dengan 2 sekual adalah over-anticipated. Dan buku dengan sekuel lebih dari itu is simply a commercial junk! Kepada pengikut setianya Pak Kiyosaki, dengan penuh pesan perdamaian, aku ingin menyampaikan sedikit unek-unek sebagai berikut.

This is Dreams, not a Comfort Zone.
Please ya bagi kalian penganut mahzab Kiyosaki, tolong dong bedakan antara comfort zone (yang mana kalian alergi itu) dengan fun zone, atau way of life zone, atau inner calling zone. Tahukah kalian? Ada orang-orang yang benar-benar mengejar mimpi mereka, atau yang memenuhi pangilan hati mereka. Ada yang suka dengan kecantikan, dan ia bekerja di salon. Ada yang suka memasak dan ia bekerja di restauran, Ada yang suka sains dan ia bekerja di laboratorium. Ada yang suka olahraga dan ia menjadi atlet. Salah seorang guru SMPku dulu pernah bercerita, ia tahu ia tak akan pernah menjadi kaya ketika ia memutuskan untuk menjadi guru, tapi katanya tak ada yang lebih membahagiakannya daripada mengajar dan membagi ilmu untuk anak-anak, dan karenanya ia bekerja di SMPku itu, Ia memenuhi panggilan jiwanya. Tentu, seperti kalian bilang tentang comfort zone itu, bisa saja mereka atau guruku itu dipecat kapan saja, atau si atlet itu cedera dan tak bisa lagi bertanding. Tapi bukan itu intinya, kawan. Bukan antara kau berkuasa atau tidak. Tapi apakah kau memenuhi mimpimu atau tidak. Leave your comfort zone? What is comfort zone? What you’re talking IS MY LIFE!

Bekerja dan Uang
Salah satu “wahyu” lain yang disampaikan Pak Kiyosaki ini adalah kita harusnya bukan bekerja untuk uang, tapi uanglah yang harus bekerja untuk kita. Terus pernahkah terpikir bahwa uang itu hanya sebagai alat pembantu? Mengapa harus berfokus pada uang? Tahukah bahwa ribuan tahun yang lalu uang hanya untuk memudahkan pertukaran barang antar petani dan peternak? Bahkan sampai sekarangpun di beberapa tempat di muka ini yang disebut dengan uang adalah tak lebih dari bongkahan garam? Dan tentang bekerja, terpikirkah bahwa bekerja itu adalah untuk kesenangan dan kepuasan? Bekerja karena hal itu memenuhi mimpi kita. Eh, tapi jangan salah juga ya, kami normal, kami juga suka uang, uang membuat hidup jauh lebih mudah. Hanya saja, kami tetap lebih menyukai mimpi kami. Titik.

Kamu Tipe Apa?
Tak lengkap rasanya membicarakan pengembangan karir dan entrepeneur tanpa membicarakan penegembangan diri. Tanpa mengurangi rasa hormat bagi para psikolog, aku tak mau dikelompokkan. Aku bukan orang tipe K atau tipe O atau tipe L atau tipe Melankolis, atau tipe apalah kalian menyebutnya. Aku ini unik. Tuhan menciptakanku cuma seorang, dan sampai saat ini aku belum dibuat kloningnya. Kalaupun ada satu atau dua sifatku yang bisa kalian kenali dan klasifikasikan kepada golongan tertentu, aku bersumpah itu cuma kebetulan. Masih banyak ribuan sifatku yang lain, bahkan yang tidak pernah aku perlihatkan sama sekali, yang kalian tidak tahu. Jadi tolong ya, berhentilah mengatakan kalau aku ini tipe manusia A dan harus melakukan B agar sifatku lebih baik atau harus bekerja di bidang C agar aku bisa sukses. Kalian membuang waktu saja.

Hey, look! We got a brain to!
Jadi kesimpulannya kami juga bisa berpikir, gitu loh! Hanya saja mungkin pikiran kami sedikit berbeda, mungkin bagi kami ada hati yang turut berperan mengambil keputusan. Jadi please ya kalian Kiyosaki mania, tolong jangan anggap kami ini sebagai kaum yang belum tercerahkan. Berhentilah berbicara pada kami seolah-olah kalian hendak menyelamatkan kami. Terakhir, please ya tidak usah repot-repot menawari kami untuk ikut MLM atau network marketing atau apalah sebutannya, kami masih ada mimpi yang harus dikejar dan dijalani. Thanks.

Btw, tentang mimpiku sendiri? Ah, kuceritakan lain waktu :-) Meanwhile, here’s another post related to this topic.

dream it

base picture from CNN Archive, diembat menggunakan Google images.

12 thoughts on “Entrepeneur Virus

  1. Setujuuuuuuu…..
    lagian mana ada kerja enak jaman sekarang?
    trus dapet duit hanya dengan mencari mata rantai yang ntah akan putus di tengah jalan?
    aku pernah dateng ke seminar kayak gitu, dan…
    semua adalah bu**sh*t
    aku dah nanya ke temenku yang dengan menggebu2 ngajak aku, gimana nasibnya dia sendiri? kenapa sampe harus ngajak aku? hihihi..
    Aku nggak percaya akan keberhasilan yang didapatkan tanpa adanya kerja keras dan perjuangan.
    Betul mas Bud? selamat atas ST-nya ya.. hehe :)

  2. tolong dibedakan antara “ENTERPRENEUR = WIRAUSAHA” ama “MLM = MONEY GAME”

    enterpreneur != mlm

    keduanya BERBEDA!! dan jangan MENYAMAKANNYA! :D

  3. to Zam : Maaf, memang saya berkesan menyamakan ya? Soalnya dari mereka yang berkoar2 tentang entrepeneur ujung2nya mesti ngajakin MLM

    to Mubarok ; Beda dong!

  4. Ntah kenapa, yang aku ambil dari seminar MLM yang penah aku ikutin itu cuman semangat positif thinkingnya. Mau berusaha untuk mencapai impian mereka.

    dulu, eh.. waktu itu. di seminra tsb diajarkan konsep dreambook, ya hampir sama mimpi spt yang mas bud bilang. Bedanya, orieantasi mimpi di dreambook lebih ke materi bukan kebahagian sebenarnya, tahukan maksudnya. Nah maksudnya semangat yang aku maksud itu tadi ya… karena mereka bakal ngejar trus dreambook yang udah mereka buat dan mereka bakal kerja keras buat nggapainya.

    Yah, emang semua di dunia ini ada 2 sisi mas. jadi gtu deh.

  5. wah..saya membaca post diatas jadi senyum-senyum sendiri.
    dua kalimat ini saya ambil dari artikel anda”
    “Mata rantai lain untuk menuju itu, rasanya hilang entah kemana di tengah beragam janji dan kisah-kisah indah.”
    …………………………
    “Hanya saja, kami tetap lebih menyukai mimpi kami. Titik.”
    bukankah untuk mewujudkan suatu mimpi kita juga harus berusaha? disitulah mata rantainya. anda bilang sendiri bahwa kita semua unik dan tidak mau dikelompokkan dalam golongan sifat (melankolis, dll). adalah hal wajar dan sederhana jika sebagian orang memiliki mimpi yang “sedikit” sama. toh yang ikut dalam seminar itu tidak bisa mewakili seluruh bangsa Indonesia. jangan salah paham saya tidak suka Kiyosaki yang penuh teori-teori, saya juga tidak suka ber-MLM. Saya sudah membaca artikel John T. Reed tentang sisi lain Kiyosaki.hanya saja, saya tergelitik untuk menjawab artikel anda. tidak semua orang berpendidikan tinggi, atau pernah mempunyai segepok uang. Jadi sangat simple kalau orang-orang seperti itu bermimpi “hanya” untuk menjadi kaya. karena bagi mereka “kaya” adalah impian yang sangat besar!:)>-

  6. Aslm..

    Kok ikut MLM impiannya jadi kaya ya!!! Hmm… Selama aku ikut MLM (sekarang gak lagi)malahan aku didorong jangan mimpi untuk menjadi kaya.

    Dari jawaban rekan-rekan yang masih berkecimpung di MLM, ketika aku menanyakan apa impian mereka? Ga ada satupun yang menyebutkan ingin menjadi kaya.

    Ada yang ingin membantu orang tua yang sudah sakit, ada yang ingin kuliah S2, membantu penghasilan suami, mendirikan sekolah buat anak-anak yatim, mendirikan rumah ibadah, menyekolahkan anak-anaknya, ibadah haji, membantu orang lain memperoleh impiannya.

    Tidak ada yang bermimpi mendapatkan uang banyak.

    Meskipun saya tidak berkecimpung lagi di dunia MLM namun saya sangat menghargai mereka yang bekerja di MLM. Setelah 1 tahun berkecimpung di dunia MLM, saya mendapatkan banyak pengetahuan dan pelajaran hidup dan paling utama menemukan impian saya.

    Kini saya meniti karir di sebagai karyawan di perusahaan telekomunikasi dan berharap bisa mendirikan perusahaan sendiri di masa yang akan datang.

    So, Open Your Mind?

    Wlslm

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *