11 Apr

Doki-Doki Suru Wave Hypothesis pada Byousoku 5CM : Sebuah Analisis untuk Orang Awam

Daripada blog ini terancam masuk kuburan karena sangat jarang apdet, dan tiap 3 bulan aku kesel nerima tagihan hostingnya.. damn it! maka marilah kita tuliskan kembali hal-hal fenomenal di sini. Pada kesempatan kali ini, mari kita telaah sebuah anomali yang terjadi pada Byousoku 5cm. Film anime drama yang saking indahnya konon bisa membuat lelaki sejati yang paling tangguh sekalipun sampai menitikkan air mata. Eh tapi saya nggak lho.. paling cuma mimbik-mimbik saja.

Byousoku

Untuk lebih jelasnya tentang anomali ini, bisa dilihat selengkapnya pada blog komunitas kaum melankolis ini. Jadi menurut pendapat oknum tersebut, telah terjadi kesalahan pada adegan di stasiun, di mana si kanojo, Akari, tertunduk menangis dan air matanya jatuh ke tempat yang tidak semestinya. Hal ini dianggap sebuah anomali. Sungguh ini adalah kezaliman perasaan! tak lebih adalah sebuah ungkapan kegersangan hati dari pencetusnya, sebagaimana telah dilantunkan oleh Rosa “desir pasir di padang tandus.. segersang pemikiran hati~…” * ambil mic� *

Hal seperti ini kalau ditinjau oleh seorang seniman cinta dan keadilan seperti saya, sungguh sebuah hal yang mudah. Kalau di anime-anime, sering diteriakkan menjadi “Kantan Da“!!! dengan tangan terkepal dan wajah bercahaya oleh tokohnya. Makoto Shinkai sebagai pembuat Byousoku memang saya akui kejeniusannya, sejak karyanya terdahulu dalam Kumo no muko fummo fummo fumoffu… Ah, saya lupa judulnya, pokoknya yang artinya “The Place Promised in Our Early Days” itu memang sudah terlihat taste-nya yang memang mecing dengan selera saya. Ibaratnya kalau sisi gelap kita bisa mengandalkan Hideaki Anno yang suskses membuat orang-orang jadi depresi dan mengalami gangguan mental permanen, maka di sisi terang dan sebagai pengobat jiwa, adalah si Makoto Shinkai ini, yang memberi kesyahduan dalam hati.

Kembali ke anomali tadi, satu faktor penting yang dilupakan pada anomali tadi adalah “Rabu”. Astaga, bagaimana mungkin hal ini bisa tidak masuk dalam perhitungan, padahal sepanjang film itu, hal inilah yang menjadi concern utamanya bukan? Siapapun juga tahu, kalau Rabu sudah mendekam dihati, hal-hal yang tak mungkin akan sering terjadi, yang oleh orang luar sering disebut sebagai anomali. Pdahal bukan! Sungguh, bukan!

Doki Doki Hypothesis

Doki-Doki Wave
Akari, ydang sudah lama menunggu di stasiun (mana dingin diluar turun salju) akhirnya bisa bertemu dengan kekasihnya. Tentu ritme hatinya (jantung juga) tidak akan bisa normal bukan? Kalau dari luar bisa dengar oleh telinga awam dengan BUNYI ‘dag dig dug” (doki-doki). Nah memangnya bunyi ini asal muncul saja? tentu tidak bukan? Berikut kutipan dari Wiki tentang Sound :

Sound is the vibration of matter, as perceived by the sense of hearing.
For humans, hearing is limited to frequencies between about 20 Hz and 20000 Hz

Jadi, definisi bunyi menurut cakupan manusia adalah hasil dari getaran benda yang berkisar anatara 20 – 20.000 Hz. Jadi jelas di sini ada yang bergetar. Dan apakah yang sedang bergetar itu saudara-saudara? HATI. Ingat, ini masih dalam suasana rabu-rabu.

Sampai di sini kita sepakat karena ada bunyi doki-doki yang dihasilkan, maka ada benda yang bergetar. Kembali ke teori Fisika dasar, bunyi doki-doki yang kita dengar adalah getaran yang sampai ke reseptor tulang pendengar di telinga tengah kita, jelas bunyi tersebut merambat. Dan disebut apakah getaran yang meerambat? GELOMBANG / WAVE!!. Nah, dari sini kita sudah mulai mendapat titik terang, benang merah dari semua kasus yang rumit ini. Dan hari ini saya canangkan sebagai penemuan doki-doki wave. (tadinya mau saya namakan boku_baka wave, tapi pasti banyak yang protes) tolong catat saya dalam list calon penerima hadiah Nobel.

Dualisme Bunyi
Tunggu, saya tahu kok, Prinsip Dualisme Gelombang dan Partikel sampai saat ini ditujukan untuk Cahaya. Dimana sebuah matter bisa dipandang sebagai bentuk materi / partikel dan juga bisa dipandang sebagai bentuk gelombang. Namun para peneliti itu bukan OTAKU! Andai saja mereka tercerahkan pemikirannya pasti tidak akan menyangkal bahwa Bunyi juga memiliki konsep dualisme sebagaimana cahaya. Butuh bukti? Sebenarnya banyak sekali yang tersedia, namun saya cari menggunakan google images, berikut yang bisa saya dapatkan:

Dual

Scene dari salah satu anime paling sux, Dual evangelion wannabe. Kita liat si cewe yang marah-marah ke bapak itu. Tentunya marah itu mengeluarkan bunyi kan? Dan kita tak sampai perlu mengetahui tingkat desibelnya untuk bisa melihat efek dari bunyi itu. Lihat bapak itu, matanya sampai memicing, kacamatanya sampai miring.. (berima!) terkena efek bunyi. Ini contoh yang sangat jelas bahwa bunyi seperti halnya cahaya juga mempunyai prinsip dualisme gelombang dan partikel. Malah pada beberapa kasus sampai ada yang rambutnya tertiup atau terjungkal ke belakang. Jangan2 bunyi adalah sumber energi potensial bagi bumi pasca habisnya energi fosil nanti? Entahlah, kalau hal ini perlu penelitian lebih lanjut lagi sih.

Kalau dalam percobaan dualisme cahaya, sinar lampu senter bisa menggerakkan baling-baling kertas, maka jelas pada Byousoku prinsip dualisme bunyi yang dihasilkan oleh doki doki wave yang dipicu oleh rabu-rabu dalam hati, ternyata bisa mendorong air mata yang sedang jatuh, segingga terdorong dan mendarat di tempat yang tidak semestinya. Terbukti sudah, betapa tingkat detilnya film Byousoku 5CM ini. Tentu saya juga sadar bahwa tidak semudah itu sebuah gelombang fisik yang dihasilkan oleh perasaan cinta bisa mempengaruhi gravitasi yang menarik air mata tadi untuk turun.

signal

Biologic Factor
Air mata yang diteteskan Akari, adalah air mata cinta, air mata bahagia, yang bisa dilihat dengan mata awam memang berbeda dari air mata biasa, misal seperti air mata saat kita nangis kejatuhan buah kelapa atau nangis ketika kaki menginjak pecahan beling. Air mata ini jelas berbeda, lebih murni dan jernih. Tidak, saya tidak ingin menyamakan teori ini dengan teori wagu milik Masaru Emoto itu. Saya hanya mendasarkan pada pemikiran normal dan rasional. Karena lebih jernih, otomatis kandungan pencemarnya jauh lebih sedikit kan? masa-nya lebih kecil kan? gaya tarikan gravitasinya juga lebih kecil kan? sebuah teori yang logis bukan?

eyes

Mengenai bagaimana gelombang doki-doki ini bisa mencapai mata, (selain merambat keluar melalui dada). Apa mungkin faktor perasaan bisa mempengaruhi kelenjar air mata untuk beroperasi lebih optimal? Entahlah, jelas saya tidak berkompeten untuk ini, saya cuma lulusan teknik elektro divisi pupuk bawang, karena lebih berkonsentrasi pada komputer dan benda benda lain yang mempunyai alamat IP. Tapi saya coba googling tadi tentang struktur mata manusia dan ternyata memang ada unsur doki-doki di sana.

Demikian, Quod Erat Demostrandum..

Salam,
boku_baka, PhD.
bakal calon penerima Nobel

27 thoughts on “Doki-Doki Suru Wave Hypothesis pada Byousoku 5CM : Sebuah Analisis untuk Orang Awam

  1. oke, ini aksi saya.
    Sebenarnya mo diblogin sih, cuman kok ya ndak worth, soalnya sangkalannya sebenarnya singkat.

    Sori Bud, metodologimu itu salah dan datamu lemah™. Budiyono sudah salah di tingkat metodologi™. Budi mempersoalkan sudut jatuh, padahal justru garis jatuh adalah yang penting disini.

    Di anime tersebut, terlihat jelas air mata jatuh tegak lurus 90 derajat. Jika ada factor-factor yang disebutkan disana, seharusnya air mata akan jatuh dengan garis miring. Dengan demikian, doki-doki wave yang disebabkan rabu-rabu factor tidak berlaku. Tidak ada pelositi di adegan itu.

  2. wah, jangan sampai ditutup dong mas, blog sebagus ini. Saya ex anime lover juga, dulu semasa di surabaya sih. setelah kerja dan nomaden nggak sempat lagi deh. Design webnya bagus banget mas, jatuh cinta nih…:b

  3. @ blek :
    dasar ilmuwan purbakala. Emangnya ini jamannya Newton?? Ini tahun 2008. Pernah denger relativitas? bahkan pencetusnya, si Einstein aja udah matek sekarang.

    Semua itu relatif! Velocity terhadap distance itu juga relatif! Bisa saja air mata tadi sama sekali tidak bergerak, tapi si Akari beserta semesta yang bergerak terhadapnya! Sebenarnya saya mau bahas, tapi nanti postingannya jadi panjang..

    Oke, kembali ke kontekstual Byousoku, darimana tahu jatuhnya tegah lurus? padahal kamu sendiri yang bilang adegan jatuhnya itu terpotong. Justru di situ letak pertanyaan dasar ini kan? Ah anda keluar konteks dan melupakan hal dasarnya. Lagian yang namanya sudut itu juga ada karena ada perpotogan garis, dalam hal ini garis jatuhnya air mata.

    Oke, kita contohkan analogi sederhana, coba kamu teteskan air ke bawah, di sampingnya kasih kipas angis yang berputar kenceng. apa air tadi masih bisa jatuh lurus, hah?

    Kalau cuma kipas angin saja bisa berpengaruh terhadap tetes air biasa. Apalagi debaran cinta dalam hati, terhadap tetes air mata cinta?

  4. Sori Bud, metodologimu itu salah dan datamu lemah™. Budiyono sudah salah di tingkat analogi™. Budi mencontohkan air yang ditiup kipas angin, padahal justru sudah saya bilang dari pertama, karna garis jatuhnya tegak lurus 90 derajat, sudah pasti sumber air mata itu bukan dari mata si cewek.

    Intinya, kalok bener analoginya si budi jalan, lintasan air mata itu tidak akan lurus tapi bengkok.

    Nggak heran ente ndak pernah dapat nobel.

  5. @blek :
    kamu ngomong dari tadi ngomongin metodologi dan data. Padahal kamulah yang nggak menyajikan sedikitpun data maupun metodologi, apalagi teori pendukung dan beserta link validnya.

    Jaaahhh… saya semakin merasa diskusi ini ndak worth. Tolong dibaca dan diresapi lagi tulisan saya, Sanggahlah yang kamu angap salah. Bagian mananya? dan data atau teori penyangkalnya yang mana? Pembetulannya mana? Kita bicara sains bung. Jangan cuma ngeyel doang mengunakan kata “intinya”, “pokoknya”.. dsb.

    jangan2 kamu sudah berguru ke Om Oy Uyo?

  6. gelar karpet….
    liat budi chuby ama blek berantem!!!
    mas saya pesen coca cola susu ama cemilan kentang goreng plus ayam dada mentok yang double jumbo 1!!!
    yak siapa yang mo taruhan… saya pegang yang menang!!!

  7. Skor masi 1-0 bwat sdr. Budi… ditunggu serangan balik dari sdr. Blek…. Ayo Blek, jangan mau kalah… bales…

    *ngasi minyak ke kompor*

    O iya, klo ada yg mo nonton versi fansub Indonya, kapan2 aq upload lagi… *numpang promosi*

  8. Sangat disayangkan, saudara budi. Sehabat apapun teorinya, jika teorimu benar, lintasan air mata harus bengkok. Jadi teorimu sia-sia. Sudah, tamat. Saya kira setelah jawaban saya post di milis, ente paham. Ternyata tidak.

    Dari komen terakhir anda, anda masih berkutat pada pertanyaan mana yang saya sangkal, baik data dan sebagainya. Disini terlihat jelas bahwa andalah yang belum memahami -ataupun meresapi, dalam bahasa anda- tulisan saya pada komen sebelumnya.

    Jika anda menuduh saya berguru pada Roy Suryo, saya rasa hal tersebut lebih cenderung ke anda. Anda membuka sebuah diskusi dengan saya, tapi mudah anda katakan diskusi ini tidak worth dan sebagainya saat anda kalah.

    Dan yang lebih membuat saya mengatakan anda cenderung ke Roy Suryo, adalah kemampuan anda untuk memancing di air keruh, dengan teori yang mudah dipatahkan. Pada kasus ini, dengan cara memanfaatkan tulisan saya, untuk mengupdate blog anda.

    Dan mengingat kecenderungan tersebut, saya rasa saya takkan kaget jika selanjutnya anda akan berkata : “Ah, sudahlah, kamu jangan menghindar dari masalah dengan membahas hal lain” or samting laik det.

    Dimana sebenarnya anda yang lebih dulu keluar jalur dengan tetap kukuh pada teori anda (yang salah) dan mengatakan “Tidak Worth”.

    Dan untuk saudara Wicak, jika anda membaca semua komen beserta trik yang disajikan beserta sangkalan saya, seharusnya tidak ada 1-0 buat Budi. Ah, tidak heran anda belum ta… ah.. sudahlah… Toh anda sudah jawab di milis.

    *hanjrit dibahas*

  9. sasuga Blek muridnya Oy Uyo..

    ditanya soal data dan fakta..
    gambar diagram kek, grafik kek, statistik kek, teori pendukung kek, link-link fakta hypotesis kek, apa kek…
    malah ngomong tujuh paragraph ngalor-ngidul ngeles ke sana kemari. Sana daftar jadi anggota DPR saja. Anda memang tidak cocok untuk berdiskusi sains.

    Baca lagi tu postingan saya dari awal. point di mananya yang salah, keluarkan data empiris kalau anda punya untuk menyanggahnya. Selama anda belum bicara dengan menyajikan data, fakta, dan teori, anda belum capable untuk debat di sini. Memangnya ini masalah politik atau klenik? sekali lagi ini sains bung. capek saya ngingetinnya.

    ah sudahlah, toh saya sudah katakan di komen saya yang sebelumnya. Anda mungkin memang tidak paham. Iya, saya tahu pendidikan memang belum merata di Indonesia, apalagi untuk Indonesia Timur…

    *mulai main SARA*

  10. Saya sangat kecewa terhadap jawaban anda yang dangkal dan cetek, dan saya sangat lebih kecewa lagi, orang yang mengenyam pendidikan di Indonesia Barat membutuhkan sebuah gambar hanya untuk memahami penjelasan sederhana: “Jika teori anda benar, lintasan air mata harus bengkok.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *