Ini bukan sekuelnya film A Walk to Remember, tapi ini cerita basbangku hari jumat yang lalu:
Hari ini aku berangat ke kantor dari rumah jam 5 pagi, 3 jam lebih awal dari jadwal masuk. Kenapa? Karena hari ini aku memutuskan untuk berjalan kaki ke kantor. Jaraknya sih lumayan, dari rumahku di daerah Lebdosari Kalibanteng Kulon (Semarang Barat) sampai ke kantorku di Jalan Pahlawan daerah Simpang Lima (Semarang Tengah, kalau gak salah). Tidak ada alasan khusus sih, tapi beberapa teman mendesak bertanya “kenapa sih?” Aku tidak bisa menjawabnya, karena aku memang tidak punya alasan yang pasti. Karena ingin aku lakukan ya aku lakukan, sesederhana itu.
Tepat pukul 5.08 aku mulai berangkat, pakai celana pendek dan sendal gunung. Tas selempang yang biasa aku pakai aku ganti dengan backpack yang biasa aku (dulu) pakai untuk kuliah, sepatu, pakaian kerja dan alat mandi aku bawa di sana. Tak lupa juga pedometer -alat penghitung langkah- yang aku beli beberapa hari yang lalu juga aku cantelkan (cantelkan bhs indonesianya apa sih?) di pinggang. Btw, mungkin ini bisa dijadikan alasan : “Aku ingin mengetahui dengan pasti berapa jarak antara lebdosari dengan Simpang Lima dalam satuan langkah!” ~halah!

Sekitar pukul 5.45 aku sudah sampai di pasar karangayu, sekitar 1/3 perjalanan. Walaupun kondisi sampai saat ini masih seger-seger saja, aku tetap berhenti untuk istirahat dan minum. Kata nenekku, orang yang rajin bangun pagi akan selalu mendapatkan rejeki, ternyata petuah itu tidak salah juga. Aku menemukan uang 50 rupiah di jalan, lumayan buat beli permen… eh permen sekarang seratusan yah? sigh… Pagi itu pasar masih sangat ramai, berjalan melewatinya pun ternyata merupakan perjuangan. Oh iya, aku baru tahu lho di jalan Jend Sudirman sebelum pasar Karang Ayu itu kalau pagi buta banyak orang yang poop di gorong-gorongnya. Ya ampun.. padahal di daerah situ kan termasuk mewah, pusatnya showroom mobil di semarang gitu lho. =P
Sampai di daerah Sungai Banjir Kanal, pinggangku mulai capek, waduh, belum juga setengah perjalanan. Aku menegok LCD pedometer untuk mengetahui sudah berapa sih langkah yang aku tempuh. EH ternyata pedometernya rusak, digitnya nggak mau gerak lagi. Damn, dasar made in china keparat! Sampai di daerah Tugu Muda depan pasar Bulu aku istirahat lagi dan ada pemandangan aneh yang terjadi. Sebuah mobil sedan yang lumayan mewah berhenti sepuluhan meter di depanku (gak tahu model persisnya mungkin Vios atau Altis, pokoknya bagus) kemudian dari dalamnya turunlah seorang mbak penjual gorengan lengkap dengan wadah plastik berisi gorengan yang siap untuk dia jual di pasar Bulu. Ampun deh, berapa sih penghasilan tukang gorengan saat ini? Mungkin aku harus mempertimbangkannya sebagai salah satu profesi yang menjanjikan! hehehe…

Pukul 6.40 aku sudah sampai di daerah Simpang Lima. Baju sudah basah kena keringat, telapak kaki dan pinggang sakit, lutut pegel banget, rambut acak-acakan dan ingus sudah mulai keluar. Tapi itu semua seakan sirna ketika gedung kantorku sudah mulai tampak di kejauhan. Hahaha.. I’ve made it. Pukul 6.55 aku sampai di kantor. Pak satpam dan tukang parkir yang biasa bersapa denganku, hari itu melihatku ngantor dengan kondisi yang berantakan, tak pelak lagi bertanya “Kenapa?”. Karena bingung menjelaskan aku hanya jawab dengan haha-hehe saja. Segera aku menyelinap ke kamar mandi untuk mandi dan ganti baju. Capek banget hari itu, untung gak banyak kerjaan. Sorenya aku pulang naik angkot dan melihat-lihat kembali jalan yang aku lewati tadi pagi dan bertanya-tanya, kok bisa-bisanya sih aku? Ah sudahlah :-) Yang menyenangkan sekarang kalau aku lewat jalan itu, aku bisa dengan bangga berkata pada jalan itu dalam hati… “I’ve beat you!“. It’s a personal achievement and it’s definitely priceless! Pretty strange ha?