30 Jun

Makan-MakanTM!

Lebih dari setahun yang lalu, ketika aku memutuskan untuk menerima tawaran bekerja di Telkom Divre 4 selama setahun, aku sudah ikhlas dan siap menerima kalau suatu saat nanti aku kembali ke kampus dan mendapati teman-temanku sudah tak ada lagi, sudah lulus semua. Eh, ternyata tidak, ada beberapa yang lulus, tapi lebih banyak lagi yang belum. Syukurlah lega aku! Eh? Maaf kalo terdengar egois, tapi itulah yang kurasakan, karena hal itu berarti aku takkan sendirian dalam menyelesaikan studi. hehe…

Hal yang lebih menggembirakan dan menyemangatiku adalah bahwa pada periode ini banyak teman-teman yang berjuang bersama dan lulus bersama. Tak terbayangkan rasanya bila harus menghadapi semuanya sendirian, tak ada tempat berbagi dan bertanya (apalagi setelah aku gagal ujian yang pertama). Ya, aku telah pergi setahun, kembali, dan mendapati semuanya tak banyak berubah, tak begitu jauh meninggalkanku. Aku tak pantas mengharap lebih dari ini. Terima Kasih.

Kini setelah semua perjuangan kami itu berhasil dan membuahkan hasil berupa “kelulusanâ€?, tak berlebihan rasanya kalau kami sedikit merayakan dan berbagi gembira dengan teman-teman. Ya, it’s an after battle celebration, it’s Makan-MakanTM time!


syukuran nino

Kamis 15-06-2006, Nino mengawali dengan mengadakan syukuran di rumahnya dengan acara utama makan mie bakso dan es degan sepuasnya. Dan sebagaimana acara lain yang melibatkan Nino, pokoknya susah digambarkan! Hehe Thanks ya No!


syukuran amed

Sabtu 17-06-2006, Acara syukuran (benar-benar syukuran!) di rumah Amed di Sukorejo. Kami yang datang tanpa persiapan apa-apa cukup kaget juga karena acaranya ternyata besar dan lumayan serius. Ada pengajian, selametan dan tak lupa mengundang anak-anak yatim. Wah keren Med, semoga amalmu segera terbalaskan. Kami yang datang tanpa persiapan jadinya ya salah kostum begitu, apalagi ada yang pakai sandal jepit, duh! nggak dibilangin dulu sih. Sorry Med, and thanks ya!


syukuran aku dan berda

Minggu, 25-06-2006, Giliranku dan Berda untuk menggelar makan-makan, rencana awal yang hanya bersama anak-anak subjur informatika ternyata meluas. Thanks ya sudah pada datang! Makan-makannya di Paparon’s Pizza Simpang Lima. Franchise baru tuh di Semarang, jadi ya sekalian nyoba. hehehe. Masih cukup banyak waktu sebelum wisuda, bagi teman-teman yang lulus (periode ini banyak!) dan belum makan-makan, janganlah segan untuk mengundangku! Hehe..

Oh iya, sorry buat teman-teman Loenpia, jadinya ku belum ntraktir ya? hehe sorry, ntar ya, depan Baiturrahman saja, tempat bersejarahnya kita. Eh atau sekalian perayaan nanti kalau acara kita berhasil? And last but not least, bagi teman-teman kuliah yang nggak bisa “ke-angkutâ€? bulan Juli ini, tetaplah berusaha yah! Kamu bisa, ayo semangat! Ganbaroooo!!!

26 Jun

Pron is All Around the Corner

Sore menjelang malam aku ke plasa Simpang Lima dengan tujuan utama mencari game GTA Liberty City Stories, game porting dari PSP yang akhirnya dirilis ke PS2. Tujuanku adalah salah satu toko game di lantai dasar Plasa itu. Sayangnya walaupun GTA sudah kudapatkan, mereka nggak punya Street Fighter Alpha Antology (yup, it’s a classic re-release for PS2), jadi aku muter nyari ke tempat lain. Eh disekitar situ ternyata banyak sekali penjual DVD film. Iseng-iseng aku ikut ngubek-ubek stand DVD film yang lumayan besar itu. Aku nggak mencari film-film baru, tapi aku mencari harta karun (bagiku). Kadang-kadang ada satu dua film jepang atau film anime Studio Ghibli yang nyempil di situ diantara film-film Mandarin dan Korea.

Benar saja, setelah ngubek-ubek lumayan lama, aku menemukan film “Otaku’s in Love (Koi no Mon)â€? dan beberapa anime Studio Ghibli seperti “Howl Moving Castleâ€? dan “Nausicaaâ€?, tapi sayangnya udah punya semua. Lagi asyik-asyiknya mencari, mbak penjaganya menegur “Cari film apa Mas?” Sebenarnya aku nggak ngeh untuk menjawab, paling dia juga nggak tahu. “Film jepangâ€? jawabku sekenanya. “Oh ini yang semi harganya 12500â€?. Sumpah, aku belum mudeng benar apa yang dia bilang tentang semi itu. Aku pikir berhubungan dengan original atau tidak DVD itu, dan semi aku pikir adalah kopian dari original atau gimana gitu. Sampai akhirnya dia mengambilkan beberapa sample dari tempat khusus yang tersembunyi. Anjrit! Eh ternyata film semi pron! Pingin marah juga aku, memang sih film semi yang dia tunjukkan memang film jepang…(sesuai yang aku minta), tapi apa mukaku ini benar-benar terlihat mesum? Mupeng? Nyari pron? Padahal dari penampilanku waktu itu, jauh banget dari kesan tajir atau pencari pron. Pakai celana pendek, sandal selop dan yang jelas bau keringat, karena aku ke simpang lima naik sepeda. Ah, untunglah, ternyata memang semua pengunjung pria ditawarin film-film itu… berarti ngak ada yang salah dengan mukaku. Hehehe..

Aku amati cover film itu, sepertinya nggak sekedar pron sih, ada ciri-ciri layaknya film beneran. Ada sinopsisnya, ada nama-nama artis, sutradara dll. Judulnya nggak tahu (kanji semua!). Memang di kovernya banyak kulit polos yang terlihat. Hm.. mungkin ini memang film biasa yang somehow seksi aja, mungkin toko ini risih untuk memajangnya dan dicap sebagai film semi, sekedar untuk menaikkan harga dari harga normal 10.000, pikirku sih. Jadilah aku beli 2 film itu, Otaku’s in Love dan film yang katanya semi itu. Sampainya di rumah aku lupakan dulu game yang aku beli dan menyetel film DVD itu dulu, dan… Huanjrit! Film beneran apanya? Storyline apanya? Film semi apanya? Ini sih full pron! Kover dan sablonan di DVDnya nggak ada hubungannya sama sekali dengan isinya. Halah-halah, kena deh aku. Ya ya, bukannya aku nggak suka pron (cowok gitu loh!) yah, tapi bukan dengan konteks kayak gini. Bosen tauk! Hehehe. Melihat dari strategi marketing mereka dimana semua orang ditawari membabi buta, kayaknya nggak perlu menunggu terlalu lama sebelum pron di Simpang Lima akan bebas ditemukan seperti halnya di Glodok Jakarta. Ini sih namanya “Diwenehi ati, ngrogoh rempelaâ€? Sudah diberi ijin untuk berjualan bajakan (setelah beberapa kali dirazia) eh ngelunjak dengan jualan pron! Dasar kefarat kalian! Udah di razia aja lagi pak Polisi! Save Semarang!

Untungnya film satunya lagi, Otaku’s in Love bagus! Bercerita tentang kisah cinta seorang cewek otaku dengan seorang artis cowok yang membuat manga dengan batu! Ceritanya lucu buanget! Walau begitu tetap ada unsur kegetiran psikologis para karakternya (khas jepang). Btw, di film yang rasanya disponsori oleh Namco dan Xbox ini, banyak penampilan cosplay! Ada Xian Hua dan Yunsung dari Soul Calibur, Naruto, Paine dari Final Fantasy X-2, Rinoa dari FFVIII, Gunship Yamato, Chobit dll. Pokoknya must see lah bagi para Otaku out there! Happy hunting! Eh ato minjem aku juga boleh. :-)

koi no mon
Otaku’s in Love, picture taken from here

23 Jun

Semarang Dari Atas Sadel

Percaya tidak kalau hal-hal familiar yang kita hadapi sehari-hari bisa saja terlihat berbeda tergantung dari sudut pandang kita melihatnya. Semarang yang biasa aku lihat, lewati, jalani setiap detiknya, ternyata bisa terlihat berbeda dari atas sandal ketika aku berjalan, atau dari atas sadel ketika aku bersepeda. Tempat tempat yang biasa kulewati sambil lalu diatas jog sepeda motor ternyata entah kenapa terlihat berbeda ketika kulewati dengan sepeda. Pasar Johar dan kawasan Kota Lama, jalan Pandanaran dan Simpang Lima, Kampung Kali dan Pecinan, semuanya rasanya terlihat lebih… cantik? Mungkin karena sepeda itu lambat dan aku punya lebih banyak waktu untuk melihatnya? Atau karena usaha untuk sampai ke sana lebih berat? Entahlah, mungkin juga memang selama ini aku yang tak memperhatikan.

Mungkin karena baru saja lulus dan kurang kerjaan, sekarang aku sedang semangat bersepeda. Sayangnya, Semarang tampaknya jadi kurang ramah bagi pengendara sepeda dibandingkan ketika jaman ketika aku SMP dulu. Jangankan jalur khusus untuk kendaraan lambat tak bermesin seperti sepeda dan becak, lha wong pinggir jalannya saja selalu saja ada pengganggunya mulai dari mobil yang parkir sembarangan sampai badan jalan yang digunakan untuk berjualan. Karena itulah kadang pengendara sepeda harus “bersaingâ€? di tengah dengan kendaraan bermotor dan mobil. Belum lagi ketika sampai di persimpangan besar, harus pintar-pintar memilih jalur memutar kalau tak mau taruhan nyawa. Masalah polusi juga bukan hal kecil, bersepeda di kota seperti Semarang hanya bisa dinikmati pagi-pagi sekali atau sore menjelang malam, pokoknya disaat lalu lintas tak terlalu ramai. Kalau nekat pada jam sibuk ya mungkin dari sisi kesehatan akan defisit, kaki dan jantung bertambah sehat, tapi paru-paru bolong kebanyakan CO dan CO2. Rasanya tak hanya di Semarang, semua kota hampir sama kondisinya. Kalau membayangkan Jakarta, mungkin bersepeda di jalanan ibukota itu bisa dikategorikan extreme sport ya, mengingat besarnya resiko. Hehehe.. Kota-kota dengan ciri tradisional seperti Yogya mungkin lebih ramah untuk hal seperti ini. Anyone?

Kondisi dan suasana jalan bukan satu-satunya masalah, pengakuan terhadap adanya sepeda pun perlu diperhitugkan. Selama ini aku tak punya masalaha kalau pergi ke Gramedia dengan sepeda, malah parkirnya ditempat VIP dekat dengan penjaganya, atau kalau sekedar berkunjung di depan, aku nekat parkir diantara mobil. Hehe.. bayarnya pun cukup 500 rupiah. Bravo Gramedia! Lain halnya ketika aku pergi ke plasa Simpang Lima, ketika masuk hendak parkir, penjaganya hanya bilang mereka tidak menerima parkir sepeda, kemudian diam dengan sorot mata yang seakan menyuruhku pergi. Untunglah setelah aku cuek masuk ke dalam, ada salah seorang penjaga baik hati yang secara personal menyediakan tempat unuk sepedaku, gratis tentunya. Sekarang kalau hendak ke sana bersepeda, rasanya mesti nyari penjaga baik hati itu dulu untuk bisa parkir. Ah, walaupun banyak tantangannya, tapi menyenangkan kok bersepeda. Btw, kok bisa-bisanya ya selama ini pemerintah mengkampanyekan hemat BBM tanpa menyebut sepeda?

bike
At Gramed : Car? be a man! work your legs out! hehehe..

18 Jun

Entrepeneur Virus

Mimpi yang standar
Hari rabu kemarin aku mengikuti sebuah seminar yang merupakan bagian dari serangkaian acara tentang pengembangan karir. Sebenarnya aku sudah tahu akan berjalan ke arah mana pembicaraan itu, dengan sebuah kata kunci saja : entrepeneur. Dan benar saja, bergulirlah bermacam kata dan jargon yang rasanya sudah ribuan kali aku dengar. “Leave your comfort zone, uanglah yang bekerja untuk kita, employee dan bussiness owner dan seterusnya. Salah satu pembicaranya di hari kedua seminar itu bahkan menyatakan gelarnya sebagai penyebar virus entrepeneur! Hahaha.. way to go dude! (sayang aku malas ikut dihari kedua). Entrepeneur virus, sebuah virus yang membuyarkan beragam mimpi indah beragam warna menjadi satu saja, yaitu mimpi untuk kaya. Pfff…

Tentu saja ya, sebelum bicara banyak, aku tegaskan dulu kalau entrepeneur itu bagus, apalagi untuk kondisi Indonesia seperti ini, menciptakan lapangan kerja, mengurangi ketergantungan pada luar negeri, dan sebagainya. Yang aku tidak suka tentang entrepeneur adalah hype negatif yang terjadi di masyarakat saat ini. Ketika dihadapkan dengan kata entrepeneur, yang terbayang oleh mereka adalah hasil akhirnya, kaya, aman dan tanpa harus bekerja. Mata rantai lain untuk menuju itu, rasanya hilang entah kemana di tengah beragam janji dan kisah-kisah indah.

Wajar memang, bila banyak hal tentang entrepeneur yang disinggung, karena seminar itu bersinggungan dengan masalah karir. Tapi yang membuatku kesal (ya, kesal!) adalah para pengikut acara itu. Acara ini bukanlah yang pertama kali aku ikuti, dan rasanya setiap kali hadirinnya selalu mempunyai mindset yang sama. Ingin punya bisnis property, ingin punya kerajaan bisnis, ingin pensiun dini, ingin ini dan itu, pokoknya ingin kaya dan hidup enak. Tak ada yang salah di situ, hanya saja yang membuatku kesal (dan menjurus muak) kok tidak ada yang ingin meraih mimpinya? Kecuali kalau mimpi mereka memang sesederhana itu.. uang! *sigh, patetik!* Apa mungkin kondisi Indonesia yang seperti ini membuat orang tak punya mimpi lagi? Tak punya cita-cita lain lagi selain menjadi kaya? Entah ya.

Eh btw, akrab dengan kata-kata yang aku sebutkan di atas? Ya, Robert T. Kiyosaki rupanya memang penulis yang hebat, kata-katanya mampu menginspirasi banyak orang untuk mengikuti jalan pikirnya. Jangan salah ya, aku sama sekali nggak benci Pak Robert ini kok, aku bahkan membaca dan punya 3 bukunya. Kenapa cuma 3 saja sementara seri lainnya terus terbit? Karena menurutku untuk buku non-fiksi, masterpiece adalah untuk buku tanpa sekuel, buku dengan satu sekuel adalah bestseller, dengan 2 sekual adalah over-anticipated. Dan buku dengan sekuel lebih dari itu is simply a commercial junk! Kepada pengikut setianya Pak Kiyosaki, dengan penuh pesan perdamaian, aku ingin menyampaikan sedikit unek-unek sebagai berikut.

This is Dreams, not a Comfort Zone.
Please ya bagi kalian penganut mahzab Kiyosaki, tolong dong bedakan antara comfort zone (yang mana kalian alergi itu) dengan fun zone, atau way of life zone, atau inner calling zone. Tahukah kalian? Ada orang-orang yang benar-benar mengejar mimpi mereka, atau yang memenuhi pangilan hati mereka. Ada yang suka dengan kecantikan, dan ia bekerja di salon. Ada yang suka memasak dan ia bekerja di restauran, Ada yang suka sains dan ia bekerja di laboratorium. Ada yang suka olahraga dan ia menjadi atlet. Salah seorang guru SMPku dulu pernah bercerita, ia tahu ia tak akan pernah menjadi kaya ketika ia memutuskan untuk menjadi guru, tapi katanya tak ada yang lebih membahagiakannya daripada mengajar dan membagi ilmu untuk anak-anak, dan karenanya ia bekerja di SMPku itu, Ia memenuhi panggilan jiwanya. Tentu, seperti kalian bilang tentang comfort zone itu, bisa saja mereka atau guruku itu dipecat kapan saja, atau si atlet itu cedera dan tak bisa lagi bertanding. Tapi bukan itu intinya, kawan. Bukan antara kau berkuasa atau tidak. Tapi apakah kau memenuhi mimpimu atau tidak. Leave your comfort zone? What is comfort zone? What you’re talking IS MY LIFE!

Bekerja dan Uang
Salah satu “wahyu” lain yang disampaikan Pak Kiyosaki ini adalah kita harusnya bukan bekerja untuk uang, tapi uanglah yang harus bekerja untuk kita. Terus pernahkah terpikir bahwa uang itu hanya sebagai alat pembantu? Mengapa harus berfokus pada uang? Tahukah bahwa ribuan tahun yang lalu uang hanya untuk memudahkan pertukaran barang antar petani dan peternak? Bahkan sampai sekarangpun di beberapa tempat di muka ini yang disebut dengan uang adalah tak lebih dari bongkahan garam? Dan tentang bekerja, terpikirkah bahwa bekerja itu adalah untuk kesenangan dan kepuasan? Bekerja karena hal itu memenuhi mimpi kita. Eh, tapi jangan salah juga ya, kami normal, kami juga suka uang, uang membuat hidup jauh lebih mudah. Hanya saja, kami tetap lebih menyukai mimpi kami. Titik.

Kamu Tipe Apa?
Tak lengkap rasanya membicarakan pengembangan karir dan entrepeneur tanpa membicarakan penegembangan diri. Tanpa mengurangi rasa hormat bagi para psikolog, aku tak mau dikelompokkan. Aku bukan orang tipe K atau tipe O atau tipe L atau tipe Melankolis, atau tipe apalah kalian menyebutnya. Aku ini unik. Tuhan menciptakanku cuma seorang, dan sampai saat ini aku belum dibuat kloningnya. Kalaupun ada satu atau dua sifatku yang bisa kalian kenali dan klasifikasikan kepada golongan tertentu, aku bersumpah itu cuma kebetulan. Masih banyak ribuan sifatku yang lain, bahkan yang tidak pernah aku perlihatkan sama sekali, yang kalian tidak tahu. Jadi tolong ya, berhentilah mengatakan kalau aku ini tipe manusia A dan harus melakukan B agar sifatku lebih baik atau harus bekerja di bidang C agar aku bisa sukses. Kalian membuang waktu saja.

Hey, look! We got a brain to!
Jadi kesimpulannya kami juga bisa berpikir, gitu loh! Hanya saja mungkin pikiran kami sedikit berbeda, mungkin bagi kami ada hati yang turut berperan mengambil keputusan. Jadi please ya kalian Kiyosaki mania, tolong jangan anggap kami ini sebagai kaum yang belum tercerahkan. Berhentilah berbicara pada kami seolah-olah kalian hendak menyelamatkan kami. Terakhir, please ya tidak usah repot-repot menawari kami untuk ikut MLM atau network marketing atau apalah sebutannya, kami masih ada mimpi yang harus dikejar dan dijalani. Thanks.

Btw, tentang mimpiku sendiri? Ah, kuceritakan lain waktu :-) Meanwhile, here’s another post related to this topic.

dream it

base picture from CNN Archive, diembat menggunakan Google images.

14 Jun

Narciscus et Maximus

Kejadian biasa : Tiap calon wisudawan harus menyerahkan foto diri memakai jas almamater dan jas resmi. Kejadian luar biasa : Aku memakai jas resmi!

Dua foto di bawah itu (click to enlarge, but at your own risk! you’ve been warned!) aku ambil beberapa waktu yang lalu, sekalian bersama foto untuk keperluan administrasi wisuda bulan Juli nanti. Tentu saja persyaratan untuk foto wisuda tidak termasuk foto seluruh badan. Tapi yah.. nanggung! Mumpung masih dandan resmi, kan nggak tiap tahun pake jas. Jadi ya sekalian foto full gitu. Apalagi untuk satu kali bayar dapat dua pose. hehehe… Akhirnya berguna juga repot-repot bikin jas waktu itu.

Tapi memang beda banget ya antara foto amatir dan foto profesional. Beberapa waktu yang lalu temenku si Luhur minta kufoto untuk keperluan lamaran kerja. Kebetulan waktu itu kamdig-ku masih baru-barunya. Tapi ternyata… bagaimanapun seriusnya kami waktu itu, tetep saja hasilnya *pff…* menyedihkan. Coba bandingkan saja dengan hasil foto profesional, jauuuuh. Dan waktu itupun Luhur akhirnya memutuskan untuk foto di studio saja…*sigh* Gomen ne!

Fotoku itu aku ambil di studio Duta Indah di jl. Ahmad Yani dekat Simpang Lima (suer! bukan spam!) Ajaib! aku keliatan lumayan! Wahahaha! (ya, harap menahan muak sebentar) Trus kemana dong semua jerawatku? Manipulasi abis! Ilmu sotoshopnya mantap juga kali ya? Kalau waktu tunggunya lama sih mungkin masih bisa dimaklumi. Tapi foto itu cepat jadinya, dilakukan sekitar jam 10 pagi dan langsung selesai sore harinya sekitar jam 3. Antrian fotonya banyak pula! Hmm.. mungkin pengaruh juga masalah gaya, tata cahaya, dll. Mungkin yang jago fotografi bisa menjelaskan?

click at your own risk!   click at your own risk!

07 Jun

Untuk Yogya dan Jateng

better late than never…
Help Now!
Bencana bisa datang kapan saja, tak ada yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya. Tapi ada yang bisa kita kerjakan untuk memperbaiki apa yang telah dihancurkannya. Apa saja yang kita bisa, mungkin tak seberapa, tapi mungkin sangat berarti untuk mereka. Plis klik link berikut dan mulai peranmu!
Mungkin hari ini gak usah beli rokok deh, besok gak usah jajan tapi bawa bekal aja deh, malam minggu ntar ngak usah nge-date dulu deh, minggu ini gak usah nonton dulu deh, bulan ini gak usah beli majalah itu dulu deh. dll.. dll.. dan sisihkan untuk mereka!

AKSI BLOGGER INDONESIA UNTUK JOGYA

JOGYA QUAKE INFO

POSKO ESCORET

more links? please write it on your comments (max 2 links per comment)

07 Jun

Akhirnya.. Budiyono, ST!

Whuahahahahahahaha…!
Enak sekali rasanya tertawa lepas seperti ini. Hampir tiga minggu sejak tanggal 17 Mei kemarin (the dooms day) hidup ini kok rasanya beraaat banget ya, apalagi setelah jadwal ujian kedua sempat batal karena kesibukan dosen penguji. hehehe. Tapi akhirnya sekarang lepas juga beban itu. Yeah, sang Daruma sudah kembali berdiri dari jatuhnya. Setelah ujian kedua tanggal 5 juni lalu… Aku LULUS!

Ujiannya sendiri tidak berlangsung lama, tidak genap satu jam malah. Beberapa pertanyaan diajukan and I aced them all.. Hahaha! Winning is felt so damn good! Of course, there are still some glitches here and there, but they’re practically nothing if I may say. “Baik saudara Budi, setelah kami tim penguji berdiskusi, kami sangat puas dan kami nyatakan anda lulus menjadi sarjana teknik. Semoga anda bisa menjadi sarjana yang berguna bagi bangsa dan negara. Apalagi mengingat kondisi Indonesia yang kini sedang terpuruk. Selamat!” Seperti itulah kira-kira ucapan dari Pak Agung BP menandai kelulusanku. Thanks Ya Pak!

Sayangnya, dengan kelulusan ini bukannya kesibukan berakhir, masih banyak tumpukan berkas administrasi dan lapisan birokrasi yang mesti aku lewati sebelum bisa merasakan memakai baju toga. Apalagi tanggal wisuda yang sudah dekat.. yah moga-moga bisa ikut keangkut bulan Juli nanti. Thanks buat teman-teman yang membantu dan menyemangati, andaikan tanpa kalian, pasti males banget menjalani ini semua. Terima kasih pada pembimbing dan penguji, maaf kalo ngrepoti, sampai ujiannya nambah jadi dua kali. Hehehe! Saat yang paling menyenangkan tentu saja ketika mengabarkan berita ini pada kedua orang tua.. “Pak’e..! Mbok’e…! nyong luluuuussss…!”

————-
P.S : OK, aku memang sedang gembira, tapi mari jangan lupakan saudara-saudara kita yang sedang ditimpa musibah di Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah.
Blog ini memang memalukan! bahkan tidak satupun dedikasi tulisan untuk tragedi itu (dengan alasan super klasik, kesibukan). Jangan di contoh ya! Mari bantu pulihkan Yogya dan Jateng!